Erick Thohir: Arahan Saya ke BUMN Beli Dolar Secara Optimal, Terukur, dan Sesuai Kebutuhan

Menteri BUMN Erick Thohir
Sumber :
  • Dok. Kementerian BUMN

Jakarta - Tingkat inflasi di Amerika Serikat (AS) yang sulit turun, salah satunya dipicu oleh kenaikan harga energi. Hal itu ditambah dengan situasi perang saat ini, yang membuat harga energi global akan semakin sulit turun.

Rupiah Loyo Pagi Ini, Nyaris Tembus Rp16 Ribu per Dolar AS

Akibatnya, Bank Sentral di seluruh dunia juga akan merespons dengan menunda kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan.

Hal itu menyebabkan terjadinya capital outflows dari negara berkembang, dan membuat kenaikan imbal hasil obligasi, kenaikan suku bunga pasar dana (funding market), dan akhirnya kredit. Saat ini, imbal hasil Obligasi Negara sudah di level 6,98 persen.

Penundaan Rencana Pembentukan BPI Danantara Jadi Sorotan

Menteri BUMN, Erick Thohir mengatakan, BUMN yang terdampak pada bahan baku impor dan BUMN dengan porsi utang luar negeri (dalam dolar AS) yang besar, diarahkan agar melakukan pembelian dolar dengan tepat guna, bijaksana, dan sesuai prioritas dalam memenuhi kebutuhannya. 

BUMN-BUMN yang dimaksud Erick tersebut seperti Pertamina, PLN, BUMN Farmasi, dan MIND ID.

Gubernur BI Sebut Rupiah Melemah November 2024 karena Investor Balik ke AS

"Arahan saya kepada BUMN adalah untuk mengoptimalkan pembelian dolar. Artinya adalah terukur dan sesuai dengan kebutuhan, bukan memborong. Intinya adalah jangan sampai berlebihan, kita harus bijaksana dalam menyikapi kenaikan dolar saat ini," kata Erick dalam keterangannya, Jumat, 19 April 2024.

Sejalan dengan Pernyataan Menko Perekonomian dan Wamenkeu

Uang dolar AS dan rupiah.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/tom.

Dia menambahkan, hal ini juga sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dan Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara, dalam mengantisipasi dampak lanjutan dari gejolak geopolitik dan ekonomi global.

Di mana, pemerintah telah memiliki instrumen dalam bentuk devisa hasil ekspor, yang ingin ditempatkan di dalam negeri. Selain itu, pemerintah menginginkan impor konsumtif dapat ditahan dulu dalam situasi saat ini.

"Untuk itu pengendalian belanja dan import BUMN harus dengan prioritas dan sesuai dengan kebutuhan yang paling mendesak," ujar Erick. 

Utamanya untuk BUMN-BUMN yang memiliki eksposur import dan memiliki hutang dalam denominasi US Dollar, Erick justru untuk mengingatkan para direksi BUMN agar lebih awas dan tidak membeli dolar secara berlebihan dan menumpuknya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya