Rupiah Sentuh Rp 16.128 per Dolar AS, Airlangga: Sedikit Lebih Baik dari Malaysia dan China
- VIVA.co.id/Anisa Aulia
Jakarta – Nilai tukar rupiah hari ini sudah bertengger di atas Rp 16.000, yang pada hari ini mencabai Rp 16.128 per dolar AS. Pelemahan rupiah salah satunya dipicu oleh memanasnya konflik di Timur Tengah antara Israel-Iran.
Merespons hal ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan nilai tukar rupiah tercatat lebih baik dibandingkan ringgit Malaysia dan yuan China.
"Terkait dengan indeks rupiah, kita bandingkan dengan berbagai negara lain relatif tentunya kita sedikit lebih baik dari Malaysia dan juga China," kata Airlangga di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa, 16 April 2024.
Menurutnya, won Korea Selatan dan baht Thailand tercatat sedikit lebih baik dari mata uang rupiah. Sehingga, menurutnya, mata uang rupiah masih lebih baik dari negara Asia lainnya, yang disebabkan karena kuatnya fundamental RI.
"Yang lebih baik dari kita salah satunya adalah Korea Selatan dan Thailand. Jadi kita tidak yang terdampak tinggi, tapi banyak negara yang terdampak dari kita. Karena fundamental ekonomi kita relatif baik," jelaskan.
Sebelumnya, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia, Edi Susianto mengatakan memanasnya konflik Iran-Israel membuat nilai tukar negara emerging market atau negara berkembang melemah, termasuk mata uang Indonesia yakni rupiah.
"Memanasnya konflik di timur tengah khususnya konflik Iran-Israel, perkembangan tersebut menyebabkan makin kuatnya sentimen risk off. Sehingga mata uang emerging market khususnya Asia mengalami pelemahan terhadap USD. DXY selama periode libur lebaran menguat sangat signifikan yaitu dari 104 menjadi di atas 106, bahkan per pagi ini sudah mencapai angka 106,3," kata Edi saat dihubungi VIVA, Selasa, 16 April 2024.
Edi menjelaskan, selama libur Lebaran pasar NDF IDR di offshore juga sudah tembus di atas Rp 16.000. Sehingga hal itu membuat rupiah dibuka di sekitar angka Rp 16.100.
Selain memanasnya konflik Israel-Iran terang Edi, pelemahan rupiah ini karena terdapat perkembangan di global. Hal ini mengenai rilis fundamental AS yang masih terlihat kuat.
"Rilis data fundamental AS makin menunjukkan bahwa ekonomi AS masih cukup kuat, seperti data inflasi dan retail sales yang di atas ekspektasi pasar," jelasnya.
Dengan demikian Edi menegaskan, BI akan akan melakukan beberapa langkah-langkah untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Pertama dengan menjaga kestabilan rupiah melalui menjaga keseimbangan supply hingga demand valas di market melalui triple intervention khususnya di spot dan DNDF.
"Kedua meningkatkan daya tarik aset rupiah untuk mendorong capital inflow, seperti melalui daya tarik SRBI dan hedging cost. Ketiga koordinasi dan komunikasi dengan stakeholder terkait, seperti dengan Pemerintah, Pertamina dan lainnya," imbuhnya.