Analis Perkirakan BI Bakal Intervensi Besar-besaran Imbas Rupiah Ambruk ke Rp 16.128 per Dolar AS

Rupiah melemah terhadap dolar AS.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/YU/aa

Jakarta - Head of Equity Research Bahana Sekuritas, Putera Satria Sambijantoro memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan menghabiskan US$200-US$400 juta pada hari ini untuk intervensi terhadap nilai tukar rupiah. Sebab, rupiah pagi ini Selasa, 16 April 2024 melemah sebesar 280 poin atau 1,77 persen ke posisi Rp 16.128 per dolar AS

Dibuka Menguat, Rupiah Berpotensi Melemah Imbas Ketegangan Rusia-Ukraina

"Pengamatan kami adalah Bank Indonesia mungkin menghabiskan US$200-US$400 juta untuk intervensi hari ini. Sebagian besar di pasar spot FX akan menurunkan USD/IDR dari Rp 16.200 menjadi Rp 16.175," kata Satria dalam keterangannya, Selasa, 16 April 2024. 

Satria menuturkan, perlunya intervensi tinggi ini karena depresiasi nilai tukar rupiah ke level Rp 16.200 sebagian besar merupakan 'kelebihan psikologis' dengan selisih bid (permintaan atau beli) dan offer (penawaran atau jual) yang lebar. 

Eks Panglima Tempur Ukraina: Perang Dunia III Telah Dimulai!

"Meskipun penembusan ke level Rp 16.000 diperkirakan akan terjadi akibat penguatan dolar, depresiasi nilai tukar IDR ke level Rp 16.200 sebagian besar merupakan 'kelebihan psikologis' dengan selisih bid-offer yang lebar yang mengindikasikan tipisnya likuiditas mata uang asing," jelasnya. 

Gedung Bank Indonesia.

Photo :
  • VIVA/Andry Daud
Bank Indonesia Ungkap 7.500 Rekening Bank yang Terkait Judi Online Telah Dibekukan

Dia mengatakan, jika rupiah hingga perdagangan sore nanti tetap melemah pada level 16.150-16.200 per dolar. Maka hal itu menjadi pertanda bahwa pemasok valuta asing memilih untuk tidak melakukan aktivitas dan menimbun stok USD mereka.

"Jika rupiah tetap lemah pada level Rp 16.150-Rp 16.200 per dolar pada sore hari, hal ini bisa menjadi pertanda bahwa pemasok valuta asing memilih untuk tidak melakukan aktivitas dan menimbun stok USD mereka," imbuhnya.

Sebelumnya, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia, Edi Susianto mengatakan memanasnya konflik Iran-Israel membuat nilai tukar negara emerging market atau negara berkembang melemah, termasuk mata uang Indonesia yakni rupiah. 

"Memanasnya konflik di timur tengah khususnya konflik Iran-Israel, perkembangan tersebut menyebabkan makin kuatnya sentimen risk off. Sehingga mata uang emerging market khususnya Asia mengalami pelemahan terhadap USD. DXY selama periode libur lebaran menguat sangat signifikan yaitu dari 104 menjadi di atas 106, bahkan per pagi ini sudah mencapai angka 106,3," kata Edi saat dihubungi VIVA, Selasa, 16 April 2024. 

Edi menjelaskan, selama libur Lebaran pasar NDF IDR di offshore juga sudah tembus di atas Rp 16.000. Sehingga hal itu membuat rupiah dibuka di sekitar angka Rp 16.100.

Selain memanasnya konflik Israel-Iran terang Edi, pelemahan rupiah ini karena terdapat perkembangan di global. Hal ini mengenai rilis fundamental AS yang masih terlihat kuat. 

"Rilis data fundamental AS makin menunjukkan bahwa ekonomi AS masih cukup kuat, seperti data inflasi dan retail sales yang di atas ekspektasi pasar," jelasnya. 

Dengan demikian Edi menegaskan, BI akan akan melakukan beberapa langkah-langkah untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Pertama dengan menjaga kestabilan rupiah melalui menjaga keseimbangan supply hingga demand valas di market melalui triple intervention khususnya di spot dan DNDF. 

"Kedua meningkatkan daya tarik aset rupiah untuk mendorong capital inflow, seperti melalui daya tarik SRBI dan hedging cost. Ketiga koordinasi dan komunikasi dengan stakeholder terkait, seperti dengan Pemerintah, Pertamina dan lainnya," imbuhnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya