Inflasi Ramadhan 2024 Naik dari Tahun Lalu, Gejolak Harga Pangan Jadi Penyebabnya

Ilustrasi pendorong inflasi.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman

Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan inflasi RI pada bulan Ramadhan atau Maret 2024 mencapai 0,52 persen. Angka itu lebih tinggi dibandingkan Ramadhan tahun 2023 yang sebesar 0,18 persen. 

Tol Solo-Yogyakarta-YIA Kulon Progo Beroperasi Gratis, Intip Simulasi Perjalanan Via Trans Jawa

Plt. Kepala BPS, Amalia Widyasanti mengatakan, inflasi pada Ramadhan 2024 ini juga lebih tinggi dibandingkan Februari 2024 yang tercatat sebesar 0,37 persen secara mtm. 

"Jika kita bandingkan dengan periode sebelumnya kecuali 2022, inflasi pada bulan Ramadhan tahun ini relatif lebih tinggi yaitu sebesar 0,52 persen," kata Amalia dalam konferensi pers, Senin, 1 April 2024.

Kelas Menengah Diproyeksi Bakal Lenyap

Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti

Photo :
  • VIVA.co.id/Anisa Aulia

Dia menjelaskan, komoditas penyebab utama inflasi Maret 2024 didominasi oleh komoditas pangan bergejolak antara lain telur ayam ras, daging ayam ras, beras cabe rawit dan bawang putih.

Mulai Investasi Sekarang! Tips Investasi Aman untuk Gen Z

Sedangkan, beberapa komoditas yang mengalami deflasi pada Maret 2024 di antaranya cabai merah, tomat dan tarif angkutan udara.

Adapun berdasarkan komponen pengeluaran, pada momen Ramadan dan Lebaran 2022 dan 2023 kelompok yang dominan dalam menyumbang inflasi adalah kelompok makanan minuman, tembakau dan transportasi umum.

"Namun demikian, berbeda dengan kondisi historis tersebut, pada momen Ramadhan tahun ini kelompok pengeluaran yang memberikan andil inflasi selain makanan minuman dan tembakau yang terbesar kedua adalah perawatan pribadi dan lainnya dengan andil inflasi 0,04 persen," jelasnya. 

Sementara itu, kelompok transportasi memberikan andil inflasi yang lebih rendah yaitu sebesar 0,01 persen pada bulan Maret 2024. Hal ini didorong oleh tarif angkutan udara yang pada bulan Ramadhan tahun ini ternyata mengalami deflasi sebesar 0,97 persen.

“Jika dirinci terdapat 20 provinsi yang mengalami deflasi tarif angkutan udara dan 17 provinsi mengalami inflasi tarif angkutan udara, sedangkan 1 provinsi lainnya stabil,” imbuhnya, 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya