Percepat Pengembangan Energi Hijau 'Raksasa' di Sulawesi, PLN Bersinergi dengan China Energy

PLN Indonesia Power dan China Energy sepakat kaji pengembangan energi hijau skala besar di Sulawesi
Sumber :
  • Dok. PLN

Jakarta – PT PLN (Persero) melalui Sub Holding PLN Indonesia Power menandatangani Joint Development Studi Agreement (JDSA) atau Perjanjian Studi Pengembangan Bersama dengan China Energy Engineering Group Co., Ltd (CEEC) di Jakarta. Kerja sama ini terkait pengembangan proyek energi hijau skala besar secara komprehensif di Sulawesi.

Mengungkap Potensi Besar Energi Bersih di Indonesia

Menurut Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo, sebagai pemain kunci dalam agenda transisi energi di tanah air, PLN terus menjalin sinergi dengan mitra nasional dan global untuk mengakselerasi pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) secara masif. Darmawan mengatakan, hal ini juga sejalan dengan agenda Pemerintah untuk mencapai Net Zero Emissions (NZE) di tahun 2060 atau lebih cepat.

Penandatanganan kerja sama ini, lanjut Darmawan, menjadi momen penting mengingat dalam waktu dekat Pemerintah bersama PLN akan merilis Rencana Usaha Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) yang baru.

Kantongi Gold Rank ASRRAT 4 Tahun Berturut-turut, Bukti Komitmen BNI Terapkan Keuangan Berkelanjutan

“Di sana akan diatur terkait pembangunan pembangkit EBT skala besar dan  green transmission line yang menghubungkan antar pulau di tanah air," ujar Darmawan dalam High-Level Business Meeting PLN-CEEC seperti dikutip dalam keterangan tertulis, Senin, 25 Maret 2024.

Ilustrasi energi hijau atau green energy.

Photo :
  • indoenergi.com
Capai Target Swasembada Energi, Pemerintah Dorong Kolaborasi Swasta Kembangkan Listrik Bersih di Pedesaan

Darmawan mengungkapkan, dalam desain RUKN terbaru ditetapkan bahwa ekosistem EBT Indonesia akan ditopang oleh pembangkit berbasis hidro dan geothermal sebesar 32 Gigawatt (GW) serta pembangkit berbasis surya dan angin sebesar 28 GW. Pengembangan green transmission line akan berperan krusial untuk menyalurkan listrik hijau antarpulau.

”Ada mismatch antara lokasi sumber hidro dan geothermal dengan pusat beban. Untuk itu, kita perlu menghubungkan Sumatera ke Jawa, Kalimantan ke Jawa, Nusa Tenggara Timur ke Jawa, Kalimantan ke Sulawesi, yang di dalamnya akan ada proyek besar perancangan dan pengembangan green transmission line,” lanjut Darmawan.

Sementara itu, Board Chairman of CEEC Group, Song Hailiang mengatakan, pihaknya siap mendukung Pemerintah Indonesia dalam mencapai NZE di tahun 2060 atau lebih cepat. Dalam hal ini CEEC optimistis karena telah memiliki sejarah panjang kerja sama pengembangan EBT dengan PLN. 

”Indonesia merupakan mitra penting Tiongkok dalam bersama-sama membangun dan berkontribusi terhadap target NZE 2060 di Indonesia,” tutup Song.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya