Fasilitas Navigasi di Tiga Wilayah Laut Indonesia Ini Diperkuat, Kemenhub Ungkap Alasannya

Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub Antoni Arif Priadi.
Sumber :
  • Dokumentasi Kemenhub.

Denpasar – Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan memperkuat fasilitas navigasi di tiga wilayah laut di Indonesia untuk memberikan keamanan pada pelayaran. 3 Pelabuhan tersebut yaitu, Benoa di Bali, Sabang di Aceh, dan Kupang di Nusa Tenggara Timur.

Tingkatkan Kualitas Sarana Transportasi Laut, Kemenhub Minta Penyelenggara Pelabuhan Lakukan Ini

Hal itu ditegaskan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub Antoni Arif Priadi di sela meresmikan fasilitas navigasi yang dipusatkan di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali, Kamis kemarin.

"Fasilitas ini sangat penting apalagi untuk daerah terluar karena akan menjadi penuntun dan menambah keselamatan pelayaran,” kata Antoni dikutip dari keterangannya, Jumat, 22 Maret 2024.

Kata Menhub Dudy soal Rencana Pemindahan Pelabuhan Impor

Dia menjelaskan, Distrik Navigasi Tipe A Kelas II Benoa merupakan distrik navigasi di Tanah Air yang selama ini belum memiliki dermaga kapal negara (KN) kenavigasian. Akibatnya, dua kapal negara kelas I yang dimiliki yakni KN Nusa Penida dan KN Mizan harus melakukan lego jangkar di area alur dan kolam pelabuhan.

Kondisi itu memiliki risiko kecelakaan terutama saat cuaca buruk serta mempengaruhi kecepatan dalam melaksanakan kegiatan operasional kenavigasian.

Menhub Bakal Umumkan Hasil Evaluasi Penurunan Harga Tiket Pesawat Pekan Ini

Proyek Pelabuhan Benoa PT PP di Bali

Photo :
  • Viva.co.id: Dedi

Dalam kesempatan yang sama Kepala Distrik Navigasi Tipe A Kelas II Benoa Azhar Karim menjelaskan pembangunan fasilitas kenavigasian di sisi laut dan darat khususnya di Benoa itu menelan anggaran tahun jamak 2022-2023 mencapai Rp78 miliar yang bersumber dari instrumen pembiayaan dari Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).

Selain efisiensi waktu kenavigasian,  dermaga dan fasiliitas navigasi juga memberikan efisiensi konsumi BBM dan suku cadang kapal negara yang dapat dioptimalkan.

Apabila sebelumnya konsumsi BBM per bulan dapat mencapai dua ton, saat ini dapat menghemat hingga 75 persen karena sudah dilengkapi fasilitas kelistrikan yang bisa digunakan kapal negara sandar.

Dermaga kenavigasian itu memiliki luas sekitar satu hektare dengan sertifikat hak pakai di atas hak pengelolaan (HPL) PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) Sub Regional Bali dan Nusa Tenggara.

Dermaga itu juga digunakan untuk sandar kapal negara dari kementerian/lembaga di antaranya Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Benoa, Kepolisian Air dan Udara, TNI AL, Kementerian Kelautan, Badan Pertolongan dan Penyelamatan (Basarnas), kapal logistik TNI AD (ADRI) hingga Bea Cukai.\

Fasilitas kenavigasian lainnya di antaranya lampu dan rambu suar juga dapat dimanfaatkan oleh para pelaut termasuk kapal pesiar yang mulai banyak sandar di Pelabuhan Benoa. Sementara itu, pada saat yang sama juga diresmikan pembangunan gedung stasiun radio pelayaran (SROP) dan fasilitas penunjang lainnya di Sinabang dan Susoh untuk Distrik Navigasi Tipe A Kelas II Sabang, Aceh.

Ilustrasi pelabuhan.

Photo :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

Pembangunan SROP menjadi penting untuk mengoptimalkan dalam memberikan layanan telekomunikasi pelayaran bagi para pengguna jasa transportasi laut. Selain itu, penggantian menara suar Tanjung Ligeta, penggantian rambu di Pelabuhan Raijua, pembangunan rambu Pelabuhan Pulau Padar dan Pulau Rinca untuk di Distrik Navigasi Tipe A Kelas II Kupang, NTT.

Pelabuhan Raijua terletak Pulau Raijua yang termasuk salah satu daerah terluar di bagian selatan Indonesia yang berbatasan dengan Australia. Fasilitas itu berperan penting mengingat Taman Nasional Komodo menjadi kawasan strategi pariwisata nasional. (Ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya