Petani Sawit Dilatih Promosikan Praktik Perkebunan Terbaik Berkelanjutan
- ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Jakarta – Konservasi Indonesia dengan menggandeng komunitas Jurnalis Indonesia Peduli (JIP), berupaya meningkatkan kapasitas puluhan pekebun sawit dengan menggelar pelatihan pembuatan konten kreatif. Pelatihan ini ditujukan untuk mendorong para pelaku pekebun sawit berkelanjutan agar dapat berbagi kisah sukses mereka dalam menerapkan praktik perkebunan terbaik (Good Agriculture Practicos).
"Pelatihan ini akan sangat memberikan dampak yang besar, jika para petani tersebut dapat menyebarkan keberhasilan mereka dalam mengelola kelapa sawit berkelanjutan," kata Senior North Sumatra Field Program Manager Konservasi Indonesia, Isner Manalu dalam keterangannya, Rabu, 6 Maret 2024.
Kegiatan ini juga melibatkan sejumlah pihak, antara lain Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dari empat Balai Penyuluh Pertanian (BPP) di Kecamatan Muara Batangtoru, Batangtoru, Angkola Sangkunur, dan Angkola Selatan. Kemudian ada pula partisisipasi dari staf Sekretariat Forum Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (FOKSBI), di wilayah Tapanuli Selatan.
Isner mengatakan, puluhan petani yang merupakan perwakilan dari dua asosiasi, yakni Petani Sawit Muara Batangtoru (PSMB) dan Sawit Jaya Lestari Saseba (SJLS) itu, sebelumnya telah menerima sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) pada tahun lalu.
Secara total, pada saat itu terdapat sebanyak 597 petani mandiri dari kedua asosiasi tersebut, yang dinyatakan berhasil melakukan budi daya sawit lestari di lahan seluas 895,51 hektare.
Dia juga menilai, banyaknya sarana untuk menyebarkan dan mendapatkan informasi saat ini, sebaiknya tidak hanya dijadikan sebagai tempat untuk mendapatkan hiburan. Namun juga dapat menjadi alat bagi para petani sawit, untuk membagi pengetahuan dan informasi yang mereka miliki.
"Hasil dari peningkatan kapasitas pembuatan konten ini nantinya akan menjadi bagian dari penyuluhan pertanian atau perkebunan, yang dapat mendukung program pemerintah dalam menyebarkan informasi tentang teknik budidaya kelapa sawit berkelanjutan kepada masyarakat yang lebih luas lagi," ujar Isner.
Dia melanjutkan, ilmu yang telah didapatkan oleh ratusan petani sawit yang telah menerima sertifikasi RSPO tersebut, sudah seharusnya disebarkan lebih luas agar dapat diadopsi oleh petani sawit lainnya di tempat lain. Terlebih, untuk menerima sertifikat tersebut, para petani terlebih dulu harus mengikuti Sekolah Lapang, yang diinisiasi oleh Konservasi Indonesia untuk belajar dan memahami tentang kelapa sawit berkelanjutan.
"Harapan terbesar kami adalah penyebaran tentang informasi mengenai bagaimana mengelola kebun sawit dengan memerhatikan dan menjaga alam yang dilakukan para petani ini, dapat tersebar tidak hanya ke seluruh petani sawit di Tapanuli Selatan. tapi juga ke seluruh Indonesia," ujarnya.