BI Sebut Inflasi Pangan Sudah di Atas Kenaikan Gaji UMR
- Freepik
Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, inflasi bahan pangan bergejolak atau volatile food telah melampaui rata-rata tingkat kenaikan gaji Upah Minimum Regional (UMR) yang kurang dari 5 persen.Â
Kepala Departemen Regional BI, Arief Hartawan mengingatkan Pemerintah untuk mengendalikan tingkat inflasi, khususnya pangan. Sebab, secara historis inflasi bahan pangan dari 2020-2023 kenaikannya sekitar 5,2 persen.
"Kalau dibandingkan dengan gaji pegawai ASN rata-rata 6,5 persen dari 2019-2024, termasuk UMR naiknya hanya kurang dari 5 persen dari 2020-2024. Jangan sampai kenaikan harga pangan menggerogoti penghasilan mereka," ujar Arief dalam Rapat Koordinasi Pengamanan Pasokan dan Harga Pangan di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Senin, 4 Maret 2024.
Seperti diketahui, pada 2024 ini Pemerintah menargetkan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) dalam sasaran 2,5+-1 persen dari sebelumnya di 3+-1 persen.Â
Arief menuturkan, inflasi volatile food yang cenderung meningkat ini dikarenakan permasalahan suplai. Seperti komoditas beras, cabai, dan sebagainya.
"Inflasi volatile food masih cenderung meningkat. Memang persoalan di suplai, ada beberapa hal utamanya disumbang harga beras, cabai," jelasnya.
Sebagaimana diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Februari 2023 terjadi inflasi sebesar 0,37 persen secara bulanan atau month to month (mtm). Sedangkan secara tahunan atau year on year (yoy) terjadi inflasi sebesar 2,75 persen.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah mengatakan secara bulanan, Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami peningkatan dari I05,19 pada Januari 2024 menjadi 105,58 pada Februari 2024.Â
"Pada Februari 2024 terjadi inflasi sebesar 0,37 persen secara bulanan. Sementara itu secara yoy terjadi inflasi sebesar 2,75 persen, dan secara tahun kalender atau ytd terjadi inflasi sebesar 0,41 persen," ujar Habibullah dalam konferensi pers, Jumat, 1 Maret 2024.
Dia menjelaskan, untuk kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar adalah makanan minuman dan tembakau dengan inflasi sebesar 1,00 persen, dan andil inflasi 0,29 persen.
"Dengan komoditas penyumbang inflasi adalah terutama adalah beras dengan andil inflasi sebesar 0,21 persen, selanjutnya cabai merah dengan andil inflasi 0,09 persen, telur ayam ras 0,04 persen. Serta komoditas daging ayam ras dengan andil inflasi sebesar 0,02 persen," jelasnya.