Mendag Ungkap Biang Kerok Tingginya Harga Beras
- VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan alias Zulhas, membeberkan penyebab dari tingginya lonjakan harga beras yang terjadi saat ini, sehingga banyak dikeluhkan oleh masyarakat. Dia menyebut, kenaikan harga beras premium lokal itu utamanya akibat kurangnya suplai, di tengah permintaan yang tetap tinggi di pasaran.
"Memang beras premium beras lokal harganya naik, karena apa? Karena suplainya kurang. Kalau suplainya kurang tapi belinya enggak kurang, pasti harganya naik," kata Zulhas usai meninjau Pasar Klender, Jatinegara, Cakung, Jakarta Timur, Senin, 26 Februari 2024.
Dia pun menilai bahwa pergeseran masa tanam, yang seharusnya dimulai sejak September-Desember 2023 menjadi awal 2024, turut berkontribusi menyebabkan kurangnya pasokan di pasaran dan menyebabkan lonjakan harga beras.
"Karena kita masa tanamnya geser. Kan mestinya September, Oktober, November, Desember sudah hujan, nah ini hujannya kan baru. Kalau kita masa tanamnya, bukan geser lagi, ini pindah? Biasanya Agustus-September tanam, sekarang sudah panen. Nah ini baru nanam," ujarnya.
Apabila perkiraan musim tanam dan musim panen tidak meleset, dimana awal hingga tengah 2024 rangkaian panen diperkirakan akan terjadi, Zulhas meyakini bahwa harga beras akan stabil di pasaran.
"Karena seharusnya panennya paling cepat itu Maret atau Mei-Juni. Bulan depan panen sebagian, dan bulan April (panen) lagi, kemudian di Juni," kata Zulhas.
Terlebih, lanjut Zulhas, jenis beras yang dipilih kebanyakan masyarakat adalah yang biasanya mereka beli sebelum kelangkaan terjadi, yang membuat harganya pun menjadi semakin melonjak. "Kalau itu terus yang dicari, harganya pasti akan naik terus. Barangnya terbatas karena belum panen," ujar Zulhas.
Saat ditanya apakah ada kemungkinan spekulan yang bermain sehingga harga beras melonjak tinggi seperti saat ini, Mendag pun membantahnya. Dia meyakini bahwa terjadinya kelangkaan beras, adalah akibat sejumlah faktor seperti pergeseran masa tanam dan minimnya pasokan di pasaran.
"Ini enggak ada (spekulan), ya memang berasnya enggak ada, gimana? Orang barangnya belum panen. Jadi panennya pindah, harusnya nanamnya September sekarang nanamnya Januari," ujarnya.