Bos BI Perkirakan Rupiah Bakal Menguat di Semester II-2024
- VIVA.co.id/Anisa Aulia
Jakarta – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo memperkirakan nilai tukar rupiah akan menguat pada semester II-2024. Sebab, pada awal tahun ini atau menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) rupiah tercatat melemah cukup dalam.
Adapun pada pembukaan perdagangan pagi ini, mata uang rupiah terhadap dolar AS tercatat melemah sebesar 34 poin atau 0,21 persen, ke posisi Rp 15.814 per dolar AS.
"Rupiah memang sekarang agak naik turun. Kami yakin setidaknya di semester II akan apresiasi, mengarah kepada fundamentalnya," ujar Perry dalam acara Peluncuran Laporan Perekonomian Indonesia 2023 Rabu, 31 Januari 2024.
Perry menegaskan, Bank Indonesia sendiri berkomitmen akan memperkuat bauran kebijakan moneter dan tetap pro stability.
"Kami akan terus pastikan rupiah stabil dan akan cenderung menguat," jelasnya.
Lebih lanjut Perry mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi salah satu yang terbaik di dunia pada 2023. Dia menuturkan, ekonomi RI ada di angka 5 persen.
"Inflasi termasuk empat terendah di dunia setidaknya G20, 2,61 persen.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, penyebab nilai tukar rupiah yang belakangan ini menyentuh level Rp 15.800 per dolar AS. Menurutnya, pelemahan itu terjadi hanya dalam jangka waktu pendek.
Perry mengatakan, melemahnya nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh berita dari mancanegara yang masuk ke domestik.
"Dalam jangka pendek, ada faktor-faktor berita satu hingga dua minggu terakhir yang berpengaruh terhadap tatanan nilai tukar rupiah. Tidak hanya rupiah, tapi seluruh dunia," ujar Perry dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa, 30 Januari 2024.
Perry menjelaskan, beberapa berita yang mempengaruhi nilai tukar rupiah itu di antaranya pasar yang memprediksi bahwa Federal Funds Rate (FFR) atau suku bunga the Fed, akan turun di kuartal I atau kuartal II-2024.
"Tapi ternyata data-data terakhir kayanya FFR FOMC kayanya sabar untuk enggak buru-buru menurunkan FFR, karena apa? Personal spending-nya atau ekonominya masih tumbuh bagus dan inflasi inti belum turun di bawah sasaran," jelasnya.
Selain itu, jelas Perry, adanya berita mengenai dolar melemah kemudian kembali menguat juga mempengaruhi pergerakan rupiah beberapa waktu belakangan ini.
Perry menuturkan, juga adanya berita mengenai tensi geopolitik di Timur Tengah dan Laut China mendorong mata uang rupiah betah di Rp 15.800 per dolar.