Whoosh Diisukan Sepi Penumpang Akibat Tarif Naik, Dirut KCIC Buka Suara
- AP Photo/Achmad Ibrahim
Jakarta - Beberapa waktu lalu viral di media sosial, sebuah unggahan tentang Kereta cepat Jakarta-Bandung Whoosh yang disebut-sebut sepi penumpang. Dalam unggahan seorang warganet di media sosial X itu, diperlihatkan suasana kursi-kursi kosong di dalam rangkaian Whoosh.
Bahkan, narasi di unggahan itu menyebut bahwa kondisi sepinya penumpang Whoosh itu berkaitan dengan kenaikan tarif Whoosh. Dari sebelumnya Rp 150 ribu menjadi 200 ribu, yang berlaku mulai 1 Desember 2023 lalu.
Saat dikonfirmasi, Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC), Dwiyana Slamet Riyadi mengatakan, sebenarnya fenomena sepinya kursi penumpang Whoosh itu merupakan hal yang wajar, terutama di saat jam-jam tertentu.
"Kalau di jam-jam lower (sepi) itu, ya wajar. Kan ada yang okupansi (di bawah) 50 persen, maka rencananya kita akan terapkan namanya dynamic pricing (penetapan harga tiket yang dinamis)," kata Dwiyana di DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis, 25 Januari 2024.
Dia mencontohkan, okupansi di setiap keberangkatan Whoosh terkait jam ramai atau sepinya penumpang, tentunya berbeda-beda di setiap stasiun. Data KCIC mencatat, jam-jam sepi di Stasiun Tegalluar yakni terjadi dari pagi sampai sekitar pukul 12.00 WIB.
"Sementara jam puncak ramainya (peak hours) berada pada pukul 12.00 malam," ujarnya.
Kemudian berbeda lagi dengan okupansi di Stasiun Halim. Dimana, puncak kepadatan penumpang (peak hours) biasanya justru terjadi di hari-hari biasa (weekdays), sejak pagi sampai pukul 15.00 WIB. "Sementara jam sepinya (non-peak hours), biasanya terjadi saat malam hari kecuali di akhir pekan," kata Dwiyana.
Karenanya, lanjut Dwiyana, skema dynamic pricing yang bakal diberlakukan KCIC dalam penetapan tarif Whoosh, akan menjadi salah satu strategi pihaknya dalam mengakali sepinya penumpang di jam-jam tertentu tersebut.
Apalagi, mekanisme penetapan tarif dengan skema dynamic pricing semacam ini sebenarnya juga sudah umum dilakukan, pada berbagai sektor layanan dan jasa seperti misalnya di sektor perkeretaapian, perhotelan, sampai sektor penerbangan. "Jadi kita juga akan terapkan yang namanya dynamic pricing itu," ujarnya.