Luhut-Bahlil Kompak Serang Balik Tom Lembong Usai Prediksi Nikel Bakal Anjlok
- Youtube Total Politik
Jakarta – Co Captain Timnas Anies-Muhaimin (Amin), Thomas Lembong atau Tom Lembong menuai sorotan sepekan ini -- terutama pasca debat calon wakil presiden (cawapres) kedua yang digelar Minggu, 21 Januari 2024.
Tom Lembong beberapa kali disebut cawapres 02 Gibran Rakabuming Raka saat melontarkan pertanyaan kepada cawapres 01 Muhaimin Iskandar atau Cak Imin soal Lithium Ferro Phosphate (LFP). Samp
Gibran menuding Cak Imin tidak paham soal LFP. Padahal menurut Gibran, co captain Tim Nasional Pemenangan Anies-Cak Imin, Thomas Lembong kerap kali bicara mengenai LFP yang menjadi subsitusi bahan baku Baterai kendaraan listrik pengganti Nikel.
Gibran sampai mempertanyakan Cak Imin dan Tom Lembong apakah termasuk yang anti-nikel, padahal itu merupakan tambang dalam negeri. Dan mempromosikan LFP Tiongkok.
Tom Lembong -- dalam beberapa podcast maupun wawancara media, memperingati pemerintah agar tidak terlalu ugal-ugalan dengan kebijakan hilirisasi nikel yang akan menyebabkan harga nikel dunia anjlok karena banjir komoditas.
Di sisi lain, pesaing nikel untuk bahan baku baterai mobil listrik seperti LFP, kini juga sudah digunakan produsen mobil listrik Tesla di China. LFP atau Lithium Ferro Phosphate (LFP) digadang-gadang bakal mengancam proyek hilirisasi nikel RI.
Pernyataan Tom itu pun menarik polemik, terlebih setelah dijadikan amunisi Gibran dalam debat kedua cawapres. Sontak para pembantu Presiden Joko Widodo ikut turun tangan membantah klaim Tom Lembong soal nikel. Bahkan ikutan menyerang klaim mantan Kepala BKPM dan Menteri Perdagangan itu.
Disemprot Luhut
Seperti Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yang mengingatkan Tom Lembong harus melihat data jangka panjang soal siklus komoditas. Menurutnya wajar jika suatu komoditas mengalami harga yang naik turun.
"Anda perlu melihat data panjang 10 tahun, kan anda pebisnis juga, siklus dari komoditi itu kan naik turun, apakah itu batubara, nikel, timah atau emas, apa saja. Tapi kalau kita lihat selama 10 tahun terakhir ini, harga nikel dunia itu ya 15.000 USD," ucap Luhut dikutip dari video di akun Instagram @luhut.pandjaitan, Rabu, 24 Januari 2024.
"Bahkan pada periode 2014-2019, periode hilirisasi mulai kita lakukan, harga rata-rata nikel itu hanya 12.000 USD. Jadi saya tidak mengerti bagaimana Tom Lembong memberikan statement seperti ini," sambungnya.
Luhut lantas meminta Tom Lembong untuk tidak memberikan data dan masukan yang salah terhadap capres-cawapres yang didukung, yakni pasangan Anies-Muhaimin.
Luhut juga memastikan pemerintah tetap menjaga harga nikel di dalam negeri tidak tinggi. Hal itu dilakukan agar konsumen tak beralih ke sumber daya mineral lain untuk memproduksi baterai kendaraan listrik.
"Tom harus ngerti, kalau harga nikel terlalu tinggi, itu sangat berbahaya. Kita belajar dari kasus kobalt, tiga tahun lalu itu harganya begitu tinggi, orang akhirnya mencari bentuk baterai lain. Itu salah satu lahirnya lithium ferro phosphate (LFP) itu," bebernya.
Ia mengaku tak percaya Tom Lembong bicara soal harga nikel seperti itu, sehingga secara gamblang ia meragukan intelektual Tom Lembong. "Bagaimana anda memberikan advice (masukan) bohong kepada calon pemimpin yang anda dukung, saya sedih melihat anda di situ. Artinya, intelektual anda itu menurut saya jadi saya ragukan," ungkapnya.
Kebohongan Publik
Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia ikut membantah pernyataan Tom Lembong bahwa nikel sudah tidak lagi digunakan, sebagai bahan baku baterai mobil listrik oleh sejumlah produsen EV termasuk Tesla.
Bahlil menegaskan, sampai saat ini nikel masih menjadi bahan baku yang cukup paling dicari, baik oleh investor ataupun produsen mobil listrik.
"Tidaklah benar kalau ada seorang mantan pejabat, pemikir ekonomi, atau siapa pun, yang menyatakan bahwa nikel enggak lagi jadi bahan yang dikejar-kejar investor untuk membuat baterai mobil," kata Bahlil dalam Konferensi Pers Kinerja Investasi Tahun 2023 di kantornya, Rabu, 24 Januari 2024.
Meskipun Indonesia hanya memiliki nikel, kobalt, mangan, dan bukannya fosfat serta lithium sebagai bahan baku baterai EV, Bahlil memastikan bahwa pemerintah pun saat ini tengah gencar mengembangkan nikel sebagai bahan baku utama baterai EV tersebut.
"Maka sekarang kita itu mau fokus mengembangkan sumber daya alam yang kita miliki, atau mempromosikan negara lain? Ini lucu," ujar Bahlil.
Dia bahkan mengaku curiga bahwa sebenarnya, informasi tersebut digunakan untuk melobi pemerintahan selanjutnya supaya tidak lagi melarang ekspor barang mentah.
Hal itu sebagaimana kecurigaan Bahlil, saat laporan IMF justru malah merekomendasikan Indonesia untuk mempertimbangkan kembali pelarangan ekspor barang mentah tersebut.
"Hati-hati lho, ini saya menghubungkan. Jangan sampai di bangsa ini ada antek-antek asing, untuk masuk, merusak tatanan dalam kebijakan publik. Bahaya ini," kata Bahlil.
Dia menambahkan, LFP merupakan bahan baku baterai mobil Tesla yang kualitasnya dinilai masih standar. Namun apabila menggunakan nikel, maka jarak tempuh kendaraan listriknya dipastikan bakal lebih bagus.
"Apakah benar nikel akan ditinggalkan? Ini adalah kebohongan publik. Karena LFP itu hanya dipakai oleh Tesla kepada mobilnya yang standar. Soal kualitas jarak tempuh, itu lebih bagus ke nikel. Bahkan sebagian (produksi) Tesla juga masih memakai bahan baku nikel. Jadi jangan omon-omon saja. Bahaya negara ini dibuat-buat begini" ujarnya.
Sindir Lulusan Harvard
Tak cukup sampai disitu, Bahlil juga mengkritik kinerja Thomas Lembong semasa menjabat Kepala BKPM. Ia mengaku diwarisi investasi mangkrak mencapai sebesar Rp 708 triliun dari Kepala BKPM pendahulunya, Thomas Trikasih Lembong.
Tak segan, Bahlil bahkan sampai menduga bahwa Harvard University yang merupakan almamater Thomas Lembong, tak pernah mengajarkan apa yang disebutnya sebagai ilmu lapangan dalam hal pengerjaan proyek-proyek terkait investasi.
"Pejabat dahulu yang tamatan Harvard, yang sekolahnya hebat, tak lebih baik dengan pejabat sekarang. Karena kan memang ilmu lapangan tidak ada ilmunya di Harvard. Apalagi menyelesaikan masalah pemain-pemain lapangan kan," kata Bahlil.
"Bahasa saya seperti Hantu, yang bisa menyelesaikan masalah hantu ya yang pernah menjadi hantu, atau bergaul dengan hantu," sambungnya
Bahkan, dengan banyaknya proyek mangkrak yang diwariskan kepadanya itu, Bahlil pun menyindir Thomas Lembong dan menyebut kapasitas kepemimpinannya tidak mampu. "Pemimpin (terdahulu) saya tidak bisa menyelesaikan," ujarnya
"Jadi ini perbandingan antara pejabat (BKPM) terdahulu yang tamatan Harvard, yang sekolahnya hebat, dan pejabat sekarang yang tamatannya di STIE Port Numbay, Jayapura. Ini datanya objektif aja," imbuhnya