Polemik Nikel Mulai Ditinggalkan Produsen EV, Menteri Bahlil: Kebohongan Publik!
- BP Batam
Jakarta – Polemik soal efektivitas pemanfaatan nikel dan Lithium Ferro-Phosphate (LFP) sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV), turut memantik perhatian Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia.
Dia bahkan ikut membantah wacana yang menyebut bahwa nikel sudah tidak lagi digunakan, sebagai bahan baku baterai mobil listrik oleh sejumlah produsen EV termasuk Tesla. Bahlil menegaskan, sampai saat ini nikel masih menjadi bahan baku yang cukup paling dicari, baik oleh investor ataupun produsen mobil listrik.
"Tidaklah benar kalau ada seorang mantan pejabat, pemikir ekonomi, atau siapa pun, yang menyatakan bahwa nikel enggak lagi jadi bahan yang dikejar-kejar investor untuk membuat baterai mobil," kata Bahlil dalam Konferensi Pers Kinerja Investasi Tahun 2023 di kantornya, Rabu, 24 Januari 2024.
Meskipun Indonesia hanya memiliki nikel, kobalt, mangan, dan bukannya fosfat serta lithium sebagai bahan baku baterai EV, Bahlil memastikan bahwa pemerintah pun saat ini tengah gencar mengembangkan nikel sebagai bahan baku utama baterai EV tersebut.
"Maka sekarang kita itu mau fokus mengembangkan sumber daya alam yang kita miliki, atau mempromosikan negara lain? Ini lucu," ujar Bahlil.
Dia bahkan mengaku curiga bahwa sebenarnya, informasi tersebut digunakan untuk melobi pemerintahan selanjutnya supaya tidak lagi melarang ekspor barang mentah. Hal itu sebagaimana kecurigaan Bahlil, saat laporan IMF justru malah merekomendasikan Indonesia untuk mempertimbangkan kembali pelarangan ekspor barang mentah tersebut.
"Hati-hati lho, ini saya menghubungkan. Jangan sampai di bangsa ini ada antek-antek asing, untuk masuk, merusak tatanan dalam kebijakan publik. Bahaya ini," kata Bahlil.
Dia menambahkan, LFP merupakan bahan baku baterai mobil Tesla yang kualitasnya dinilai masih standar. Namun apabila menggunakan nikel, maka jarak tempuh kendaraan listriknya dipastikan bakal lebih bagus.
"Apakah benar nikel akan ditinggalkan? Ini adalah kebohongan publik. Karena LFP itu hanya dipakai oleh Tesla kepada mobilnya yang standar. Soal kualitas jarak tempuh, itu lebih bagus ke nikel. Bahkan sebagian (produksi) Tesla juga masih memakai bahan baku nikel. Jadi jangan omon-omon saja. Bahaya negara ini dibuat-buat begini" ujarnya.
Diketahui, wacana soal nikel mulai ditinggalkan karena pengusaha kendaraan listrik lebih memilik menggunakan LFP, mulanya dibahas oleh mantan Kepala BKPM, Thomas Lembong, dalam sebuah podcast. Di podcast tersebut, Lembong mengatakan bahwa saat ini baterai mobil-mobil keluaran Tesla bahkan telah menggunakan LFP, dan bukannya nikel. Dia bahkan mengatakan, baterai Tesla yang menggunakan LFP saat ini hanya untuk mobil-mobil Tesla yang diproduksi di China.