95 Persen LFP Diproduksi di China, Ungkap Eks Mendag
- Enix Power Solutions
Jakarta - Lithium Ferro Phosphate (LFP) yang menjadi komponen baterai kendaraan listrik menjadi pembahasan pada debat calon wakil presiden (cawapres). Cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka melontarkan pertanyaan terkait LFP kepada cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar.
Mantan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menjelaskan, berdasarkan data Badan Energi Internasional (IEA) sekitar 95 persen LFP diproduksi di China. Dalam hal ini produsen mobil listrik BYD mendominasi penggunaan LFP hingga 50 persen, dari total permintaan baterai.
"Kalau kita bicara LFP 95 persen produksi LFP ini sudah didominasi oleh China, yang sudah handal dalam pasar tersebut. Sedangkan Indonesia itu adalah dengan cadangan nikel terbesar di dunia," ujar Lutfi lewat TikToknya @mmd.lutfi Selasa, 23 Januari 2024.
Nikel Lebih Unggul
Lutfi mengatakan, nikel hingga saat ini masih menjadi pilihan oleh para produsen mobil listrik. Hal ini karena nikel memiliki berbagai keunggulan.
"Nikel itu lebih energi dense, bisa muat lebih banyak energi, lebih kecil, dan lebih ringan juga jadi mobil Tesla-nya bisa pergi lebih jauh sekali charge. Juga kinerja baterai LFP bisa menurun hingga 60 persen di cuaca dingin," jelasnya.
Lutfi membantah, soal pendapatan dari penjualan nikel memiliki nilai yang rendah. Dia menjelaskan, sejak 2015 ekspor nikel RI tercatat melesat mencapai Rp 500 triliun.
"Siapa bilang? Cek dulu data dan faktanya. Sejak 2015 aja peningkatan ekspor nikel Indonesia sudah melesat lima kali lipat dengan angka lebih dari Rp 500 triliun. Dan kalau kita nggak berhenti hilirisasi peningkatannya bakal bertambah terus menerus," tegasnya.
Menurut Lutfi, dalam debat cawapres kemarin, Gibran sudah menekankan pentingnya memanfaatkan sumber daya alam nikel ini.
"Dengan pemanfaatan hilirisasi nikel tidak hanya memperkuat ekonomi kita, tapi juga membuka jalan bagi Indonesia untuk menjadi pemimpin di industri energi bersih," imbuhnya.