Lifting Minyak dan Gas Bumi 2023 Tak Capai Target, Dirjen Migas Ungkap Penyebabnya
- VIVA/Mohammad Yudha Prasetya
Jakarta – Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji melaporkan realisasi lifting minyak dan gas tahun 2023, yang berada di bawah target yang ditetapkan sebelumnya.
Yakni sebesar 605,5 MBOPD dari target 660 MBOPD untuk lifting minyak, kemudian 964 ribu BOEPD dari target 1,1 juta BOEPD untuk lifting gas bumi.
"Capaian lifting minyak 605,5 ribu BOPD dari target 660 ribu BOPD. Kemudian lifting gas bumi 960 ribu BOEPD dari target 1,1 juta BOEPD, dan rata rata ICP mencapai US$78,43 per barel dari target US$90 per barel," kata Tutuka dalam telekonferensi 'Capaian Kinerja 2023 dan Program Kerja 2024 Subsektor Minyak dan Gas Bumi', Selasa, 16 Januari 2024.
Dia juga menambahkan laporan soal 10 jumlah wilayah kerja (WK) yang ditawarkan pada tahun 2023, serta realisasi pemanfaatan gas domestik yang tercatat mencapai 68,2 persen di sepanjang tahun lalu tersebut.
"Kita juga sampai pada pemanfaatan gas domestik 68,2 persen, kemudian capaian investasi sektor migas yang berhasil mencapai 15,6 persen dari target 17,4 persen di tahun 2023," ujarnya.
Terkait capaian-capaian lifting minyak dan gas 2023 yang berada di bawah target itu, Tutuka mengakui ada sejumlah faktor yang menyebabkan hal tersebut. Antara lain seperti besarnya tekanan yang harus dihadapi sektor migas tahun 2023, di tengah berlangsungnya ketidakstabilan di geopolitik dunia.
"Kita tahu ada permasalahan Ukraina dan Rusia, dan Israel dengan Palestina yang sampai sekarang masih terus terjadi dan mungkin berkembang lebih besar," kata Tutuka.
Dia menegaskan, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar di bidang migas, terutama di sektor gas, yang bisa dimanfaatkan oleh pemerintah di kemudian hari. Karenanya, Tutuka memastikan bahwa pemerintah pun akan selalu berupaya, untuk meningkatkan pemanfaatan potensi migas hari ini dan ke depannya.
"Yakni bagaimana terus bisa menyalurkan pasokan energi ini, baik dari sisi yang kita punyai maupun apa yang harus kita lakukan dalam hal kita mengimpor energi," kata Tutuka.
"Jadi kita berupaya untuk memenuhi pasokan dari demand yang terus meningkat, dan seimbang antara memenuhi kebutuhan dalam negeri dan kebutuhan ekspor," ujarnya.