Kelakar Bos SKK Migas soal Blok Masela: Namanya Abadi, Jadi Enggak Selesai-selesai

Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto bersama jajaran pejabat SKK Migas
Sumber :
  • VIVA/Mohammad Yudha Prasetya

Jakarta – Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto, mengungkapkan sejumlah penyebab terhentinya proyek pengembangan Lapangan Migas Abadi Blok Masela dalam beberapa tahun terakhir.

Heboh Shell Bakal Tutup Seluruh SPBU di Indonesia, Menteri Bahlil: Kabar Burung Lah

Menurutnya, terdapat tiga aspek yang membuat proyek ini terhenti, yakni mulai dari pandemi COVID-19, penjualan participating interest milik Shell, hingga revisi plan of development (PoD) lapangan migas tersebut.

Namun, Dwi mengaku bersyukur karena semua masalah itu bisa diselesaikan pada tahun 2023 lalu. Bahkan, kick off project management team (PMT) yang mengawali penggarapan Lapangan Migas Abadi itu juga sudah dimulai pada Desember 2023 lalu.

Kenapa SPBU Asing Kesulitan Bertahan di Indonesia? Ini Penyebabnya!

"Alhamdulillah, akhir tahun kemarin sudah diselesaikan semua. Baik soal penjualan Shell, kemudian juga masuknya CCS (Carbon Capture Storage), review PoD, dan sebagainya," kata Dwi dalam konferensi pers di kantornya, Jumat, 12 Januari 2024.

Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto.

Photo :
  • Dok. SKK Migas
Shell Dikabarkan Tutup Seluruh SPBU di Indonesia, Ini Tanggapan Resmi dari Perusahaan

Bahkan, Dwi pun sempat berkelakar soal proyek pengembangan Lapangan Migas Abadi Blok Masela tersebut. Menurutnya, karena nama proyek ini memakai kata 'Abadi', maka progres proyeknya pun jadi tak kunjung selesai.

"Kemudian Inpex yang memang nama proyeknya aja kurang pas, namanya Abadi, makanya proyeknya abadi, enggak selesai-selesai," ujar Dwi berkelakar.

Produksi Ditargetkan 2029

Sementara untuk operasional dan produksi Lapangan Migas Abadi tersebut, Dwi mengatakan pihaknya telah menargetkan untuk dilakukan pada tahun 2029 mendatang. Dengan kapasitasnya 9,5 juta ton gas per tahun atau 1.600 juta standar kaki kubik gas per hari, Blok Masela juga bisa memproduksi 150 juta kubik gas pipa per hari dan 35 ribu barel kondensat per hari.

"Target produksi ini telah tertunda dari sebelumnya ditargetkan pada 2027. Maka setelah mundurnya Shell dan juga revisi POD selesai tahun ini, proyek itu pun baru bisa dilanjutkan," ujarnya.

Diketahui, PT Pertamina (Persero) dan Petronas akhirnya mengambil 35 persen hak partisipasi Shell di Blok Masela, pada Juli 2023 silam. Sementara, revisi POD baru selesai pada November 2023.

Perihal mundurnya Shell di Blok Masela itu, sebelumnya Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, mengakui bahwa pemerintah sangat kecewa dengan keputusan Shell meninggalkan proyek tersebut. Kekecewaan itu pun telah disampaikan Dwi, melalui surat yang dikirimkan langsung kepada pihak Shell.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya