Pembangunan Ekonomi RI Belum Sertakan Aspek Mitigasi Perubahan Iklim, Ini Penyebabnya
- M Yudha P / VIVA.co.id.
Jakarta – Mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro mengatakan, Indonesia sebenarnya memiliki acuan penting untuk menyeimbangkan tujuan pembangunan ekonomi berkelanjutan. Dengan, upaya memitigasi perubahan iklim sekaligus menjaga kualitas lingkungan hidup.
Hal itu menurutnya dapat dilakukan dengan memanfaatkan wacana inisiatif pembangunan rendah karbon atau low carbon development initiative (LCDI), sebagaimana yang dulu pernah digarapnya saat masih di Bappenas.
"Barangkali itu (LCDI) bisa menjadi salah satu acuan penting, untuk bisa menyeimbangkan antara tujuan pembangunan ekonomi itu sendiri dengan upaya mitigasi perubahan iklim sekaligus menjaga kualitas lingkungan hidup," kata Bambang dalam telekonferensi di Green Webinar AMSI, 'Tantangan Pembangunan & Ekonomi Berkelanjutan', Selasa, 9 Januari 2024.
Dia menambahkan, di dalam ilmu ekonomi sendiri, sebenarnya ada tema yang disebut dengan environmental economics atau ekonomi lingkungan. Meskipun, Bambang sendiri mengakui bahwa hal yang paling sulit dari pelajaran tersebut adalah dalam hal implementasinya.
"Mengingat, ketika kita bicara goal dalam pembangunan ekonomi, biasanya akan berujung pada sebuah produk domestik bruto (PDB) yang intinya memang belum memasukkan unsur-unsur dari lingkungan hidup sendiri," ujar Bambang.
Artinya, lanjut Bambang, faktor-faktor hubungan yang terjadi ketika kita melakukan ekstraksi dalam bentuk pertambangan atau ada bagian dari pertanian yang terlibat dalam prosesnya, maka hal itu dianggap sebagai bagian yang normal dari upaya untuk mencari pertumbuhan ekonomi itu sendiri.
"Sehingga kita belum menghitung faktor berkurangnya value atau aset lingkungan itu sendiri, ke dalam perhitungan PDB," kata Bambang.
Karenanya, Bambang menegaskan, apabila ada pihak yang beranggapan bahwa barangkali GDP Indonesia baik secara nominal maupun secara pertumbuhan itu agak over-estimate, maka hal itu menurutnya sangat wajar.
"Karena kita belum menghitung faktor-faktor lingkungan yang terganggu, sebagai akibat dari upaya mencari pertumbuhan ekonomi itu sendiri," ujarnya.