Inflasi Tahunan di 2023 Terendah Dalam 20 Tahun Terakhir, Begini Penjelasan BPS
- ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Indonesia mencapai 2,61 persen secara tahunan atau year on year (yoy) di 2023. Inflasi tersebut menjadi yang terendah sepanjang 20 tahun terakhir.
Plt Kepala BPS Amalia A. Widyasanti mengatakan, inflasi ini menjadi yang terendah dengan perhitungan mengesampingkan pandemi COVID-19 yang terjadi pada periode 2021-2022.
"Di luar periode terdampak pandemi yakni 2021, inflasi tahun 2023 merupakan inflasi terendah dalam 20 tahun terakhir," ujar Amalia dalam konferensi pers Selasa, 2 Januari 2024.
Adapun berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi tahunan terbesar terjadi pada kelompok makanan minuman dan tembakau sebesar 0,18 persen dan memberikan andil 1,60 persen terhadap inflasi umum.
"Komoditas yang memberikan andil inflasi kelompok ini adalah beras dengan andil inflasi sebesar 0,53 persen, cabai merah dengan andil inflasi sebesar 0,24 persen, rokok kretek filter dengan andil inflasi sebesar 0,17 persen. Kemudian cabai rawit andil inflasi sebesar 0,1 persen dan bawang putih dengan andil inflasi sebesar 0,08 persen," jelasnya.
Sementara itu, beberapa komoditas lainnya yang menjadi penyumbang terbesar untuk inflasi Desember 2023 emas perhiasan dengan andil sebesar 0,11 persen dan tarif angkutan udara dengan andil sebesar 0,08 persen.
Amalia mengatakan, inflasi tahunan pada Desember 2023 sebesar 2,61 persen didorong oleh inflasi seluruh komponen. Untuk komponen inti tahunan sebesar 1,80 persen dari data BPS, komponen ini memberikan andil 1,1 persen.
"Komoditas yang dominan antara lain emas perhiasan, biaya sewa rumah, biaya kontrak rumah, gula pasir dan upah ART," jelasnya.
BPS juga mencatat pada komponen harga diatur pemerintah mengalami inflasi 1,72 persen. Komponen ini memberikan andil sebesar 0,32 persen, komoditas yang dominan selama setahun terakhir adalah harga rokok kretek filter, tarif angkutan udara dan rokok putih.