Kaleidoskop 2023: Manuver RI Redam Resesi Global hingga Gelombang PHK Raksasa Bisnis
- VIVA/M Ali Wafa
Jakarta – Resesi ekonomi menghantui Indonesia sepanjang 2023. Selain dari warisan pada 2022, seperti pecahnya perang Rusia-Ukaina hingga tekanan suku Bunga bank sentral Amerika Serikat Federal reserve, transisi dari pandemi ke endemi COVID-19 sampai pecahnya perang Israel Palestina memberikan tekanan yang lebih pada Indonesia yang jadi bagian ekonomi global.
Seperti diketahui, Konflik antara Rusia dan Ukraina berdampak pada instabilitas pangan dan energi global. Pengetatan moneter Amerika Serikat (AS) mengancam inflasi global dan nilai tukar, tak terkecuali rupiah yang juga sempat tertekan.
Ekonomi dunia kala itu cukup diwarnai dengan kekhawatiran, Pemangku kebijakan pun didesak untuk membuat regulasi yang dapat melindungi ekonomi nasional. Masyarakat diajak mengantisipasi kondisi ekonomi mereka agar dapat bertahan bila terjadi resesi.
Redam dampak resesi global
Mengawali 2023, pemerintah gaspol mengakselerasi motor-motor ekonomi nasional salah satunya adalah konsumsi masyarakat. langkah preventif moneter-fiskal pun disiapkan dan menunjukkan hasil yang positif.
Salah satunya tercermin pada inflasi yang secara umum menunjukkan tren melandai sepanjang 2023. Pada pembukaan tahun, inflasi turun ke level 5,28 persen yoy. Meski sempat naik pada Februari menjadi 5,47 persen yoy, capaian inflasi pada 5 bulan berikutnya konsisten menurun hingga menyentuh angka 3,08 persen per Juli.
Hal ini sejalan dengan keputusan BI yang konsisten menjaga suku bunga di level 5,75 persen hingga pada kuartal terakhir tahun ini naik jadi 6 persen. Tren penurunan inflasi, yang mampu menguatkan kinerja konsumsi masyarakat, berdampak pada capaian pertumbuhan ekonomi.
Pada kuartal II-2023, ekonomi tercatat tumbuh sebesar 5,17 persen yoy, dari sebelumnya pada kuartal I-2023 yang sebesar 5.03 perrsen kemudian, mempertahankan tren pertumbuhan di atas 5 persen selama 7 kuartal berturut-turut.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawatipun pada kuartal I-2023 telah menghembuskan sinyal pada dunia bahwa perekonomian RI di ASEAN menjadi negara dengan pertumbuhan tertinggi setelah Filipina sebesar 6,4 persen dan Malaysia sebesar 5,6 persen.
“Mayoritas negara di Eropa dan ASEAN terpukul dari dampak kenaikan suku bunga dan inflasi yang membuat ekonomi mereka melemah,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Senin, 22 Mei 2023.
Berbagai instrumen fiskal disiapkan untuk menahan berbagai gejolak ekonomi dan menjaga momentum pemulihan. Pendapatan negara ditargetkan sebesar Rp2.463 triliun dan belanja negara Rp3.061,2 triliun sehingga defisit dapat dipatok pada 2,84 persen.
Anggaran difokuskan pada peningkatan sumber daya manusia (SDM), pembangunan infrastruktur, reformasi perlindungan sosial, hingga ketahanan pangan dan energi untuk memberikan kekuatan ekonomi dari sisi internal negara.
Sementara itu, aktivitas manufaktur juga terjaga ekspansif, di mana PMI manufaktur Indonesia pada periode itu tercatat berada pada level 53,3. Capaian tersebut membuat Indonesia masuk dalam jajaran 18,2 persen negara yang mencatatkan PMI manufaktur yang ekspansif dan menguat di tengah kontraksi ekonomi dunia.
Berbagai kinerja positif perekonomian itu bisa dibilang mematahkan proyeksi resesi yang ramai dikhawatirkan tahun lalu. Namun, meredupnya ancaman resesi tidak membuat perekonomian Indonesia benar-benar terlepas dari gejolak ekonomi.
Krisis iklim menjadi salah satu pemain yang mewarnai gejolak ekonomi 2023, salah satunya melalui fenomena El Nino yang mengancam sektor pangan. Ancaman El Nino turut diiringi oleh memanasnya konflik Hamas-Israel yang berpotensi membuat harga minyak dunia melonjak. Artinya, harga pangan dan energi menjadi makin terancam.
Kondisi tersebut diperkirakan akan membuat inflasi global bertahan pada level tinggi, yang kemudian mendorong suku bunga kebijakan moneter di negara maju, termasuk Federal Funds Rate (FFR), juga bertahan tinggi pada waktu yang lebih lama (higher for longer).
Implikasinya, imbal hasil (yield) obligasi negara maju, khususnya US Treasury, akan meningkat dan mendorong aliran modal yang berbalik dari negara berkembang menuju negara maju. Selain itu, kekuatan dolar AS akan meningkat secara signifikan dan menekan berbagai mata uang dunia, termasuk rupiah.
Merespons hal tersebut, BI menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada Oktober 2023, Suku bunga sebesar 6 persen diharapkan dapat menjaga stabilitas nilai tukar rupiah yang nyaris menembus Rp 16.000 per dolar AS, dan inflasi tetap pada target sasaran sehingga dapat memitigasi dampak negatif rambatan global terhadap ketahanan ekonomi domestik.
Langkah tersebut pun terbilang efektif. Nilai tukar rupiah pada 20 Desember 2023 menguat secara rata-rata sebesar 0,44 persen dibandingkan dengan perkembangan pada November 2023. Sementara inflasi November tercatat sebesar 2,86 persen yoy, masih berada dalam jangkauan target BI.
Adapun dari sisi pertumbuhan ekonomi, memang terjadi perlambatan pada kuartal III, di mana produk domestik bruto (PDB) tercatat tumbuh 4,94 persen yoy. Namun, konsumsi masyarakat tetap terjaga dengan capaian 5,1 persen yoy, berkat dukungan pengendalian inflasi serta bantuan pangan oleh APBN.
Kementerian Keuangan pun optimistis pertumbuhan ekonomi 2023 secara keseluruhan masih bisa dijaga pada level 5 persen. Meskipun, BPS mencermati adanya risiko negatif yang membayangi pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2023 terdampak perang Israel-hamas.
Gelombang PHK
Ketidakpastian ekonomi global yang melanda dunia pada tahun ini membuat para raksasa bisnis nasional maupun dunia pun memutuskan untuk melakukan efisiensi. Opsi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pun tidak terelakan.
Catatan VIVA, pada awal 2023 PT Nikomas Gemilang selaku produsen sepatu merek ternama terpaksa merumahkan alias phk 1.600 pegawainya. Bahkan, seriibuan karyawan itu dipersilahkan mengundurkan diri secara sukarela, lantaran perang Rusia dan Ukraina yang berkepanjangan serta tidak diketahui kapan berakhirnya.
Kemudian pada Februari, perusahaan teknologi, Zoom menyatakan akan memberhentikan sekitar 1.300 karyawan, atau sekitar 15 persen dari total stafnya. Kebijakan itu disebut akibat permintaan layanan digital yang berkurang setelah sebelumnya meningkat saat pandemi.
Tak lama berselang pada Maret 2023, PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) mengumumkan kembali melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Kali ini dilakukan terhadap 600 orang karyawannya. Juru Bicara GoTo, Koesoemohadiani menjelaskan, langkah ini adalah salah satu bagian dari pembaruan strategi untuk membangun perusahaan yang berkelanjutan.
Ada pula Grab Holdings juga mengumumkan untuk melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada 1.000 karyawannya. Hal itu disampaikan oleh Chief Executive Officer Grab Holdings CEO Grab Holdings Anthony Tan.
Di penghujung tahun, penyedia layanan streaming musik Spotify ikutan mengumumkan bahwa mereka akan memberhentikan 1.500 karyawannya, atau sekitar 17 persen dari tenaga kerjanya.
Daniel Elk, pendiri dan CEO Spotify Global mengatakan perusahaannya memanfaatkan situasi ekonomi pada tahun 2020-2021 untuk mempekerjakan lebih banyak karyawan, namun Spotify belum melakukan upaya yang cukup baik untuk membenarkan perekrutan tersebut.
Gelombang PHK pun diproyeksikan kalangan dunia usaha bisa terus berlanjut. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta W Kamdani mengungkapkan, akibat adanya seruan boikot produk Israel maupun yang terafiliasi kini telah berdampak terhadap pengusaha.
"Sekarang sudah berdampak baik pada penjualan, PHK, dan lain-lain," tegasnya.