Mengenal Carbon Capture and Storage, Pertanyaan Gibran ke Mahfud saat Debat Cawapres
- ANTARA
Jakarta – Topik terkait penangkapan dan penyimpangan karbon atau Carbon Capture and Storage (CCS) mencuat dalam debat calon wakil presiden (Cawapres) pada Jumat, 22 Desember 2023. Cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka mencecar lawannya Mahfud MD tentang solusi pemerintah jika pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud Md terpilih terkait peraturan mengenai CCS itu.
Teknologi CCS dan Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) adalah tren baru dalam transisi energi untuk mencapai tujuan global Net Zero Emission (NZE). Secara sederhana, melalui teknologi CCS/CCUS, karbon dioksida (CO2) dari bahan bakar fosil maupun dari limbah hasil pembakarannya dapat ditangkap kembali untuk kemudian disimpan di bawah tanah.
Dikutip VIVA Bisnis dari situs resmi Ditjen Argo Kementerian Perindustrian, Jumat, 22 Desember 2023, implementasi CCS/CCUS di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan produksi migas sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK).
Menurut Roadmap IEA untuk NZE tahun 2050 di sektor energi, teknologi CCUS akan berkontribusi lebih dari 10 persen dari total pengurangan emisi global pada tahun 2050. Untuk Asia Tenggara, untuk mencapai tujuan Paris Agreement, kebutuhan CCS/CCUS di Asia Tenggara mencapai 35 juta tCO2 pada tahun 2030 dan lebih dari 200 juta tCO2 pada tahun 2050.
Dijelaskan, Norwegia adalah salah satu negara maju yang memberlakukan pajak karbon yang mahal, yang mendorong perusahaan untuk menggunakan teknologi ini untuk menekan emisi mereka. Sementara Indonesia tidak memberlakukan pajak karbon yang tinggi, harus mencari solusi untuk mendorong perusahaan untuk melakukan CCS-CCUS.
Lebih lanjut dijabarkan, rencana implementasi CCS/CCUS ini tidak terlepas dari tingginya emisi GRK di Indonesia. Salah satu komitmen global untuk menghentikan laju pemanasan global adalah penurunan emisi gas rumah kaca (GRK).
Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan emisi sebesar 29 persen dengan usaha sendiri dan sampai dengan 41 persen dengan bantuan internasional pada tahun 2030. Untuk mengurangi emisi, rekor kenaikan teratur dicatat. Pada 2019, penurunan emisi mencapai 54,8 juta ton dari target 51 juta ton.
Sementara itu, pada tahun 2020, penurunan menjadi 58 juta ton, dengan realisasi 64,4 juta ton. Tahun 2021, penurunan menjadi 67 juta ton, dengan realisasi 70 juta ton. Terakhir, pada tahun 2022, penurunan emisi sebesar 91 juta ton dicapai, dengan realisasi 91,5 juta ton.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati mengatakan, Indonesia memiliki total potensi penyimpanan karbon (CO2) mencapai 400 Gigaton (GT). Hal itu memungkinkan Indonesia untuk menjadi pusat Carbon Capture and Storage (CCS) atau pusat penangkap dan penyimpan karbon untuk skala Asia Tenggara.
Dia mengatakan, masa depan Indonesia untuk mengembangkan teknologi CCS sangat menjanjikan, terutama karena ditopang oleh melimpahnya sumber daya alam untuk penyimpanan karbon di seantero negeri.
"Terdapat potensi (penyimpanan) CO2 hingga 400 Gigaton," kata Nicke dalam IICCS Forum 2023 di kawasan Senayan, Jakarta, Senin, 11 September 2023.