Ekonom Proyeksikan BI Kembali Tahan Suku Bunga Acuan, Ini Pertimbangannya

ilustrasi suku bunga bank
Sumber :

JakartaBank Indonesia (BI) akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang dilakukan pada 20-21 Desember 2023. Salah satunya, terkait kebijakan suku bunga acuan yang saat ini berada di 6 persen. 

Kelas Menengah Setop Kebiasaan Ini kalau Gak Mau Miskin! Cuma Buang-buang Duit

Ekonom Makro Ekonomi dan Pasar Keuangan di Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI, Teuku Riefky memperkirakan BI akan kembali menahan suku bunga acuannya. Sebab, masih terkendalinya inflasi dan performa nilai tukar rupiah yang cukup baik. 

"Menimbang berbagai perkembangan terkini, kami berpandangan BI perlu menahan suku bunga acuannya di 6,00 persen pada Rapat Dewan Gubernur terakhir di tahun ini," ujar Riefky dalam laporannya Kamis, 21 Desember 2023.

Fasilitas KITE Pembebasan untuk Satu-satunya Produsen Serat Makanan dari Pati Jagung di Indonesia

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo.

Photo :
  • VIVA/Anisa Aulia

Riefky menuturkan, mata uang rupiah saat ini tercatat di kisaran Rp 15.500 per dolar AS. Dalam hal ini secara year to date, rupiah mencatatkan apresiasi sebesar 0,4 persen. 

Layanan JIBOR Bakal Berhenti 2026, BI Siapkan Publikasi Fallback Rate

"Jauh lebih baik ketimbang berbagai mata uang negara berkembang yang sebagian besar masih mencatatkan depresiasi," ujarnya.

Riefky mengatakan untuk ke depan, era ‘high-for-longer’ kemungkinan akan berlanjut. Meskipun the Fed mengindikasikan adanya potensi menurunkan suku bunga acuannya tahun depan. 

"Mempertimbangkan hal ini, BI perlu tetap waspada terutama terhadap langkah yang akan diambil the Fed di 2024. Suku bunga acuan BI saat ini berada pada titik tertingginya dalam 4,5 tahun terakhir, memberikan BI ruang yang cukup untuk  menurunkan suku bunga di 2024," jelasnya.

Suku bunga bank

Photo :
  • Dokumentasi Rumahku.com

Namun, terang Riefky pemilihan waktu untuk menurunkan suku bunga menjadi krusial. Karena menurunkan tingkat suku bunga terlalu dini berpotensi memicu arus modal keluar dan mendorong pelemahan rupiah. Sedangkan jika terlambat menurunkan suku bunga acuan dapat menekan daya beli masyarakat dan menghambat pertumbuhan sektor riil. 

"Selain potensi pemotongan suku bunga oleh the Fed di 2024, beberapa faktor lain yang perlu diperhatikan oleh BI termasuk tekanan inflasi akibat periode Pemilu dan berlanjutnya El-Nino," imbuhnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya