Cerita Edy Lusi Ubah Satu Daerah di Banyuwangi Jadi Desa Buah Naga
Jakarta – Edy Purwoko atau yang akrab disapa Edy Lusi ini adalah seorang petani buah naga yang berasal dari desa Tambakrejo, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Berkat pencapaian Edy di bidang pertanian, ia menerima penghargaan Svarna Bhumi Award, atau penghargaan hasil kolaborasi Pupuk Indonesia dan Benih Baik yang dianugerahkan kepada sosok inspiratif pahlawan pangan nasional.
Sempat menjadi TKI di Taiwan, pada tahun 2010 Edy memilih pulang kampung untuk menikah dan mulai berbisnis. Karena kecintaannya pada buah naga, perlahan Edy mempelajari seluk beluk buah naga secara menyeluruh.
Pada tahun 2013, Edy mengamati buah naga yang ditanam di bawah lampu penerangan jalan dapat berbuah di luar musim panen. Sejak itulah, Edy berani mencoba menggunakan lampu pada tanaman buah naga.
Sebagai permulaan, Edy mulai menanam buah naga dengan penerangan lampu di malam hari. Rupanya, uji coba itu berhasil dan tanaman buah naga berbuah di luar musim. Mulai 2015, Edy tak lagi menggunakan mesin diesel berbahan bakar solar untuk menghasilkan listrik. Ia mulai menggunakan listrik dari PLN.
Hasilnya, ongkos produksi jauh berkurang. Ide inovatif ini mampu meningkatkan produktivitas petani buah naga sampai dengan 200 persen menghasilkan omzet per bulan lebih dari Rp 50 juta. Edy pun menciptakan lampu LED khusus untuk pertanian buah naga, yaitu PANABA Led.
Dengan menggunakan lampu khusus buah naga tersebut selain watt-nya kecil, juga bagus untuk penerangan perkebunan buah naga. Sejak itu, Edy mulai berbagi pengetahuan dengan petani-petani di desanya. Hingga desa Tambakrejo mendapat julukan sebagai desa buah naga.
Pada malam penghargaan Svarna Bhumi Award 2023, Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) menjelaskan, bahwa sesuai dengan tujuan Pupuk Indonesia, penghargaan ini merupakan apresiasi kepada para sosok inspiratif yang mendukung perkembangan industri pertanian serta ketahanan pangan nasional Indonesia.
“Sosok seperti mereka ini adalah motor penggerak industri pertanian sebenarnya dan apresiasi setinggi-tingginya kami berikan pada mereka, para pahlawan pangan Indonesia,” ungkapnya.
Berkat inovasi yang dilakukannya, Edy didapuk menjadi ketua Persatuan Buah Naga Banyuwangi (PANABA). Selain inovasi lampu yang ia ciptakan, salah satu yang menjadi kunci keberhasilan para petani buah naga merah di daerahnya adalah pupuk NPK Phonska Plus. Pupuk produksi PT Petrokimia Gresik tersebut dinilai paling cocok atau memiliki unsur kandungan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman buah naga.
“Pada kesempatan ini saya ingin berterima kasih kepada keluarga saya, Pupuk Indonesia dan petani di seluruh Banyuwangi yang tergabung pada organisasi PANABA. Teknologi lampu ini sekarang telah diadopsi oleh para petani di penjuru Indonesia karena teknologi ini memungkinkan petani buah naga untuk panen sepanjang tahun. Saat ini petani di Banyuwangi telah bisa memproduksi 100 ton buah naga per hari,” tutup Edy.
Sejumlah tokoh turut berpartisipasi menjadi juri pada Svarna Bhumi Award ini antara lain Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Rahmad Pribadi, Tokoh Media & Masyarakat Andy F. Noya, Aktivis Tri Mumpuni & Akademisi Rhenald Kasali.
Penghargaan ini juga dianugerahkan kepada empat sosok inspiratif lainnya, antara lain Maria Loretha yang berhasil menggalakan kembali Budidaya Sorgum yang telah lama mati di NTT dan Lasiyo Syaifuddin seorang petani dari Bantul yang berhasil mengembangkan bisnis budidaya Pisang untuk mendorong perekonomian di desanya.
Selain itu, ada juga Sugeng Handoko yang menjadi penggerak potensi desa di Nglanggeran, Gunung Kidul sampai menjadi desa wisata terkenal, dan Surono Danu Inovator Varietas Padi dari Cirebon yang terbukti dapat meningkatkan produktivitas pertanian nasional.