Kepala Bapanas: Bantuan Pangan Beras Tak Ada Kaitannya dengan Politik

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi.
Sumber :
  • VIVA/Anisa Aulia

Jakarta - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menegaskan bantuan pangan beras yang saat ini sedang digelontorkan oleh Pemerintah tidak ada kaitannya dengan politik. Sebab bantuan ini dinilai darurat, untuk meminimalisir dampak harga pangan yang dirasakan masyarakat.

Dari Sungai hingga Laut, Dampak Polusi Plastik pada Ekosistem Perairan

Arief memastikan bantuan pangan beras yang terus digelontorkan oleh Pemerintah ini adalah urgen. Karena sangat dibutuhkan bagi masyarakat.

“Ini tidak ada kaitannya dengan politik, sekali lagi ini demi membantu masyarakat desil satu. Yang jelas Saudara-Saudara kita tersebut sangat memerlukan beras, daftar penerimanya dari Kemenko PMK (Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan) dan daftarnya selalu di update,” kata Arief dalam keterangannya dikutip Kamis, 14 Desember 2023. 

Bawaslu Wanti-wanti Paslon di Kampanye Terakhir: Cegah Politik Uang dan Fitnah, Fokus Program

Presiden Jokowi menyerahkan bantuan beras kepada keluarga penerima manfaat (KPM)

Photo :
  • Setpres

Arief menuturkan, bantuan pangan beras di Desember ini diberikan kepada 21,3 juta KPM. Kemudian akan dilanjutkan pada bulan Januari Februari Maret tahun depan. 

Panduan Lengkap Daftar Bansos 2024 Secara Online dan Cara Cek Penerimanya

"Itu nanti jumlahnya ada kenaikan sekitar 8 persen menjadi 22 juta KPM,” ujarnya. 

Dia menekankan, tujuan bantuan pangan beras ini senada dengan arahan Presiden Joko Widodo, yaitu untuk mengurangi beban masyarakat. Ini menimbang adanya eskalasi harga beras yang terjadi tidak hanya di Indonesia, namun juga dialami secara global.

“Jadi kenapa ini dibantu oleh bantuan pangan beras, karena memang harga beras saat ini, menjadi harga beras tertinggi sepanjang tahun ini. Angkanya sekitar Rp 14.000- Rp 15.000, sebelumnya kan sekitar Rp 12.000-Rp 12.500. Tapi ini tidak hanya di Indonesia, memang di seluruh dunia kondisinya juga seperti ini,” jelasnya. 

Sebagaimana diketahui, FAO (The Food and Agriculture Organization) dalam laporannya menyebutkan indeks harga beras dunia pada Agustus tahun ini berada di angka tertinggi selama 4 tahun terakhir, yaitu 142,4. Dalam perkembangannya, indeks harga beras dunia mulai sedikit menurun dan terakhir di November berada di indeks 138,9. Indeks tersebut sama persis dengan indeks Oktober tahun yang sama.

Sementara itu, pergerakan harga beras di tingkat konsumen yang ada di dalam negeri, sebagaimana data dari Panel Harga Pangan NFA, pada 1 Oktober tercatat harga rata-rata beras medium di semua provinsi berada di Rp 13.220 per kg. Dari rentang waktu itu, fluktuasi harga mulai menunjukan adanya kestabilan dan mengalami depresiasi 40 poin pada 12 Desember menjadi Rp 13.180 per kg.

“Eskalasi harga beras terjadi karena ada kenaikan harga pupuk, jadi faktor-faktor variable cost seperti pupuk, kemudian BBM (Bahan Bakar Minyak), transportasi, biaya logistik, ini semua menjadi faktor pendukung harga beras. Kita juga sedang ingin meningkatkan harga di tingkat petani. Jadi harga di tingkat petani hari ini, kalau tadi mengikuti Bapak Presiden, angkanya di atas Rp 7.000. Itu untuk harga gabah kering panen,” imbuhnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya