Indonesia Bakal Lakukan Hilirisasi Baterai Listrik, Ini Sederet Keuntungannya

Pabrik pembuatan baterai mobil listrik milik CATL
Sumber :
  • Nikkei

Jakarta – Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC), Toto Nugroho, mengungkapkan sejumlah keuntungan dari adanya hilirisasi baterai listrik di dalam negeri. Dia mengatakan, saat ini sudah ada dua perusahaan besar dunia yang telah berkomitmen untuk melakukan investasi, yakni  CATL dan LG untuk memproduksi baterai kendaraan listrik di Indonesia yang totalnya mencapai 400 gigawatt per hour (GWH).

Produk Lokal Ini Bisa Atasi Ancaman Bahaya Kebakaran Baterai di Kendaraan Listrik

"Jumlah yang kita lakukan untuk hilirisasi yang sudah di-confirm dengan kedua calon mitra ini, itu sekitar hampir 400 gigawatt totalnya," kata Toto dalam keterangan yang diterima, Rabu 13 Desember 2023.

Ilustrasi baterai mobil listrik

Photo :
  • Electrek
Bahlil Ungkap PNBP Sektor Minerba Tumbuh Berkali-kali Lipat, Tembus Rp 170 Triliun

Toto mengatakan, dibutuhkan investasi hingga ratusan triliun untuk membangun satu kesatuan ekosistem kendaraan listrik, mulai dari hilir hingga hulu, mulai dari pembangunan smelter dengan teknologi HPAL atau High Pressure Acid Leaching, sampai komponen baterainya.

"Di situ lah kenapa kita kerja sama dengan partner internasional. Jadi LG itu produsen baterai EV nomor 3 di dunia, terbesar. CATL nomor 1 terbesar di dunia. Nah ini lah hal yang sangat benar-benar dilihat strategis," kata Toto.

Menteri Rosan Paparkan Program Green Energy dan Hilirisasi ke Pengusaha Inggris

Adapun IBC berencana memproduksi baterai kendaraan listrik pertama sebesar 10 GWH dan 5.000 stasiun penukaran baterai (swap battery) di tahun 2024. Produksi baterai dari pabrik hasil kerja sama dengan perusahaan asal Korea Selatan, LG dan Hyundai.

Toto melanjutkan, bila semua investasi itu direalisasi dan ekosistem kendaraan listrik sudah terbangun, akan memberikan benefit berganda bagi Indonesia, mulai dari genjot pendapatan negara sampai serap tenaga kerja.

"Manfaatnya kalau kita lakukan hilirisasi ke eV baterai dan eV ekosistem, pengurangan emisi CO2 hampir 14 juta ton per tahun, itu ekuivalen dari 8-10 persen transportasi," kata Toto.

Manfaat kedua adalah penurunan impor BBM. Orang yang pernah bekerja di Pertamina itu mengatakan, dalam satu tahun Indonesia pernah mengimpor BBM dan LPG mencapai Rp 500 triliun.

"Kalau kita menggunakan mobil eV itu akan menghemat hampir 26 juta barel, itu ekuivalen hampir USD 4-5 miliar per tahun," kata Toto.

Ilustrasi baterai mobil listrik.

Photo :
  • Greencarreport

Manfaat lain yang dirasakan Indonesia dari investasi LG dan CATL di Indonesia adalah berkontribusi meningkatkan pendapatan negara. Dia menghitung, dengan investasi mencapai USD 10 miliar, akan memberikan ribuan triliun dalam hitungan 30 tahun.

"Otomatis kenaikan PDB secara keseluruhan itu hampir Rp 3.000 triliun dalam 30 tahun operasi. Dan ini bukan angka abal-abal, diverifikasi oleh lembaga independen Universitas Indonesia," tegas Toto.

Tidak sampai disitu saja, industri ini akan menyerap tenaga kerja yang jumlahnya tidak sedikit. Toto merinci, selama proyek ini berjalan akan ada 150 ribu orang pekerja akan terserap.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya