Bos OJK Ungkap Bank yang Kinerjanya Anjlok Setelah Dikonversi
- VIVA/Mohammad Yudha Prasetya-tangkapan layar
Jakarta – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyinggung, bank yang dikonversi dari konvensional menjadi syariah justru mengalami kinerja anjlok.
Mahendra mengungkapkan, kinerja bank yang menurun setelah dilakukannya konversi, terlihat dari pertumbuhan kredit dan pinjaman pembiayaan. Kendati demikian, Mahendra tidak mau menyebutkan nama bank tersebut.
"Kami melihat adanya konversi satu bank dari konvensional menjadi bank syariah. Namun, yang terjadi adalah setelah dikonversi malah pertumbuhan dari kredit maupun pinjaman pembiayaan dari bank tersebut malah turun dibandingkan sebelumnya," ujar Mahendra dalam Peluncuran Roadmap Pengembangan dan Penguatan Perbankan Syariah 2023-2027, Senin, 27 November 2023.
Mahendra mengatakan, turunnya kinerja perbankan itu dikarenakan lebih banyak dilandaskan pada aspek formalitas dan status bank itu sendiri.
"Sedangkan dalam bentuk pemanfaatan, kesiapan, dan kesungguhan dari seluruh sistem yang ada baik SDM, manajemennya maupun IT, belum betul-betul siap," terangnya.
Maka dengan itu jelas dia, pada hari ini OJK meluncurkan roadmap atau peta jalan untuk penguatan perbankan syariah. Hal ini dilakukan agar kejadian tersebut tidak kembali berulang.
"Apa yang menjadi dasar dari roadmap ini tentunya tidak akan mengulangi lagi hal-hal seperti tadi. Tetapi bener-bener fokus pada pembangunan perbankan syariah berbasis pada kaidah maupun juga kekuatan yang ada di seluruh jajaran stakeholders kita," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae mengatakan, pada September 2023, total aset perbankan syariah mencapai Rp 831,95 triliun. Angka itu tumbuh 10,94 persen secara tahunan, dengan kontribusi pangsa pasar mencapai 7,27 persen.
"DPK berhasil dihimpun sebesar Rp 637,63 triliun dengan pertumbuhan 9,26 persen secara tahunan. Mencerminkan kepercayaan masyarakat yang semakin kuat terhadap layanan keuangan syariah," terangnya.
Dian menuturkan, untuk total pembiayaan mencapai Rp 564,37 triliun. Angka itu tumbuh signifikan 14,66 persen dari tahun sebelumnya.