Bos BI: Tren Suku Bunga Tinggi Bikin Ekonomi Global 2024 Tumbuh Melambat

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo.
Sumber :
  • VIVA/Maha Liarosh (Bali)

Jakarta – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo memprediksi, pertumbuhan ekonomi global 2024 akan melambat, dan tumbuh sebesar 2,8 persen secara year-on-year (yoy). Perkiraan itu melambat dari perkiraan pertumbuhan ekonomi global 2023, yang sebesar 2,9 persen (yoy).

Capaian 100 Hari Kabinet, Meutya Hafid Mau Indonesia Pimpin AI di Asia Tenggara

Dia menjelaskan, kondisi tersebut seiring dengan ketidakpastian global yang diperkirakan juga masih tinggi pada tahun depan. Antara lain disebabkan oleh tren suku bunga tinggi di negara-negara maju, termasuk di Amerika Serikat (AS). 

"Meskipun inflasi di negara maju mereda, tapi masih dalam level tinggi. Sehingga suku bunga diperkirakan masih akan bertahan tinggi dalam jangka waktu lama," kata Perry dalam konferensi pers Hasil RDG November 2023 di kantornya, Kamis, 23 November 2023.

Menerawang Masa Depan IHSG Usai The Fed Tahan Suku Bunga, Analis Jagokan 3 Sektor Saham Ini

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo bersama jajaran Deputi Gubernur.

Photo :
  • VIVA/Anisa Aulia

Dia menambahkan, hal itu masih ditambah lagi dengan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah negara maju, terutama AS. Di mana, hal tersebut diyakini akan naik tinggi akibat premi risiko jangka panjang (term premia), serta tingginya kebutuhan utang untuk pembiayaan fiskal di Negeri Paman Sam tersebut.

Tahan Suku Bunga Acuan, Fed Pede Pertumbuhan Ekonomi AS Solid Meski Belum Capai Target

Selain itu, lanjut Perry, faktor ketidakpastian di pasar keuangan diperkirakan juga masih akan berlanjut. Sehingga, hal itu berpengaruh terhadap volatilitas aliran modal, dan tekanan nilai tukar rupiah di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

Terlebih, kondisi negara adidaya lainnya seperti misalnya China, nampaknya juga tidak terlalu positif karena berada dalam tren yang menurun. 

"Meskipun perekonomian China menunjukkan sedikit perbaikan, didukung oleh konsumsi rumah tangga dan dampak stimulus kebijakan fiskal," ujarnya.

Ilustrasi hegemoni dolar AS

Heboh Google Tampilkan Rp 8.170 Per Dolar AS, BI Tegaskan Tak Akurat

Bank Indonesia (BI) memberikan klarifikasi terkait kesalahan informasi nilai tukar rupiah yang muncul di mesin pencari Google.

img_title
VIVA.co.id
1 Februari 2025