BSI Pede Ekonomi RI 2023 Tumbuh Capai 5,04 Persen, Ini Faktor Pendukungnya

Direktur Treasury & International Banking BSI, Moh. Adib.
Sumber :
  • VIVA/Mohammad Yudha Prasetya

Jakarta – PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai level 5 persen pada akhir 2023. Meskipun, kondisi global masih berada di tengah ketidakpastian yang bisa berlanjut hingga tahun 2024 mendatang.

Konsumsi Rumah Tangga Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal III-2024

Direktur Treasury & International Banking BSI, Moh. Adib mengatakan, hal itu menjadi optimisme pihaknya di BSI, meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai kuartal-III 2023 sedikit terkoreksi ke level 4,94 persen atau lebih rendah dari kuartal sebelumnya.

"Tapi kami optimistis bisa menutup tahun 2023 ini di angka 5 persen sampai dengan kuartal-IV 2023, atau 5,04 persen secara full year," kata Adib dalam konferensi pers 'BSI Sharia Economic Outlook 2024', di kantornya, kawasan Gatot Subroto, Jakarta, Jumat, 17 November 2023.

Warisan Terakhir Jokowi ke Prabowo, Ekonomi Indonesia Kuartal III-2024 Tumbuh 4,95 Persen

Bank Syariah Indonesia (BSI).

Photo :
  • Antara

Dia menjelaskan, ada beberapa faktor yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa kembali ke level 5 persen, guna mencapai target pertumbuhan ekonomi di akhir tahun 2023 nanti.

Genjot Transformasi Digital Layanan Perbankan Syariah, SuperApp BYOND by BSI Siap Meluncur

Salah satu faktor utamanya antara lain yakni masih kuatnya konsumsi rumah tangga, sehingga masih menjadi pendongkrak pertumbuhan ekonomi pada akhir tahun 2023.

Adib mengatakan, meskipun kinerja konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2023 tumbuh 5,06 persen secara year-on-year (yoy), dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 52,62 persen, namun nyatanya angka tersebut berada di luar ekspektasi pemerintah.

Selain itu, faktor lainnya yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia yakni arus investasi, khususnya investasi di dalam negeri yang masih terus terjaga sampai saat ini.

"Kemudian faktor lainnya adalah spending atau belanja pemerintah dalam mengejar target pembangunan RPJMN 2024, dan terakhir adalah bahwa kita sudah lebih dari 40 bulan surplus neraca dagang," kata Adib.

"Dan ini adalah salah satu capaian positif yang bisa diraih oleh perekonomian Indonesia, di tengah menegangnya kondisi geopolitik global," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya