KSSK Sebut Sistem Keuangan RI Stabil, Sri Mulyani: Kewaspadaan Ditingkatkan Terhadap Risiko Global

Konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).
Sumber :
  • VIVA/Mohammad Yudha Prasetya

Jakarta Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) mengumumkan sistem keuangan Indonesia berada dalam kondisi yang masih terjaga, di tengah meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global. Hal tersebut sebagai kesimpulan dari hasil rapat berkala yang digelar KSSK pada Senin, 30 Oktober 2023.

Rencana Sri Mulyani Kejar Potensi Pajak Underground Economy

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, kondisi itu ditopang dengan kuatnya perekonomian nasional yang berdaya tahan. Serta, sinergi antara Kementerian Keuangan, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dalam kinerja KSSK yang akan terus diperkuat ke depannya.

"KSSK berkomitmen terus melakukan  penguatan koordinasi dan sinergi, serta meningkatkan kewaspadaan terhadap perkembangan dari risiko global ke depan terhadap ekonomi dan sektor keuangan domestik," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK di Gedung BI, Jakarta, Jumat, 3 November 2023.

Presiden Putin dan Pangeran MBS 'Teleponan', Ini yang Dibahas

Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK)

Photo :
  • VIVA/Anisa Aulia.

Meningkatnya ketidakpastian global dan melebarnya divergensi pertumbuhan ekonomi antarnegara, diakui Menkeu menjadi salah satu faktor dari berlanjutnya perlambatan ekonomi global yang terjadi hingga saat ini.

Sri Mulyani Ungkap PPN Naik Jadi 12 Persen Sesuai UU Mulai 1 Januari 2025

Hal itu dapat terlihat dari perekonomian Amerika Serikat (AS), yang ditopang konsumsi rumah tangga dan sektor jasa. Namun, di sisi lain ekonomi China justru masih melambat, akibat melemahnya konsumsi dan krisis di sektor properti.

Sri Mulyani pun memperkirakan bahwa inflasi masih bisa dipicu oleh kenaikan harga energi dan pangan, akibat sejumlah faktor seperti eskalasi geopolitik, terjadinya fragmentasi ekonomi, dan fenomena El Nino.

Dan untuk mengendalikan inflasi, suku bunga moneter di negara maju termasuk Fed Funds Rate FFR, diperkirakan masih akan berada pada level yang tinggi untuk jangka waktu yang lama (higher for longer). Terlebih, lanjut Menkeu, kenaikan tersebut juga diikuti dengan kenaikan yield obligasi negara maju, khususnya AS, guna mencukupi kebutuhan mereka dalam hal pembiayaan utang dan risiko premi jangka panjang.

"Hal ini memicu aliran keluar modal asing dari emerging markets ke negara maju, dan ini mendorong penguatan signifikan mata uang dolar AS terhadap berbagai mata uang dunia," kata Sri Mulyani.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya