Jokowi Sebut Harga Minyak Dunia Bisa Tembus US$150 Per Barel karena Kondisi Global Makin Tak Jelas
- Tangkapan layar Youtube Sekretariat Presiden
Jakarta – Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa saat ini kondisi dunia semakin tidak jelas. Hal itu membuat tantangan yang harus dihadapi secara global juga tidak semakin berkurang, melainkan semakin bertambah.
Presiden menjelaskan, masalah perubahan iklim yang dulunya dianggap sebagai sesuatu yang masih absurd, justru sekarang sudah makin nyata. Hal itu seperti misalnya kekeringan dan super El Nino, yang betul-betul dapat dirasakan secara langsung terutama dari sisi menurunnya produksi beras hampir di semua negara.
"Sehingga 22 Negara mengerem, menyetop, tidak ekspor berasnya lagi. Inilah kondisi-kondisi yang dulunya tidak pernah kita hitung, tetapi muncul," kata Jokowi dalam telekonferensi di acara Investor's Daily Summit 2023, Selasa, 24 Oktober 2023.
Jokowi juga membeberkan masalah pelemahan ekonomi global, yang masih terus terjadi hingga saat ini. Apabila sebelumnya hal itu selalu diiringi optimisme bahwa tahun depan kondisi ekonomi akan membaik, nyatanya sampai saat ini perbaikan kondisi ekonomi global itu belum juga terwujud.
Selain itu, kebijakan kenaikan suku bunga yang tinggi dan dalam waktu yang lama oleh Amerika Serikat, juga semakin merumitkan kondisi utamanya bagi negara-negara berkembang. Di mana, capital outflow atau aliran modal keluar semuanya lari ke Amerika Serikat.
"Perang yang satu di Ukraina belum jelas berakhirnya kapan, muncul lagi perang yang kedua, Hamas-Israel. Semakin mengkhawatirkan semua negara sekarang ini," ujar Presiden.
Hal itu karena perang di kawasan tersebut berpotensi melebar ke berbagai pihak dan aspek, terutama ke urusan ekonomi dalam konteks kenaikan harga minyak. Karena apabila perang sampai melebar ke Libanon, Syiria, atau Iran, maka hal itu akan semakin merumitkan masalah ekonomi semua negara karena harga minyak pasti akan naik.
"Saya cek kemarin harga (minyak) brent masih US$89 per barel. Tapi kalau perangnya meluas seperti yang tadi saya sampaikan, kita enggak ngerti, bisa mencapai US$150 per barel," ujar Jokowi.
"Inilah yang harus Kita waspadai, hati-hati semuanya baik dari sisi moneter maupun dari sisi fiskal," ujarnya.