3 Faktor Pendorong Akselerasi Integrasi Kapasitas EBT di Indonesia
- Inhabitat
Jakarta – Pemerintah Indonesia didorong untuk mereformasi sistem ketenagalistrikan, yang mampu mengintegrasikan energi terbarukan terutama energi surya dan angin. Di mana, hal itu lebih dikenal sebagai Variable Renewable Energy (VRE), atau variabel energi terbarukan.
Setidaknya ada tiga hal kunci yang perlu dipertimbangkan dalam upaya integerasikan EBT. Pertama, insentif bagi pemain yang terlibat di dalam pengoperasian sistem tenaga listrik yang fleksibel.
Kedua, transparansi di dalam proses pengadaan, baik itu pembangkit energi terbarukan maupun infrastruktur jaringan. Ketiga, reformasi regulasi yang dapat mengakomodasi pengoperasian sistem ketenagalistrikan yang fleksibel serta mendorong adopsi energi terbarukan yang lebih besar.
Direktur Hilirisasi Mineral dan Batubara Kementerian Investasi/BKPM, Hasyim Daeng Barang mengatakan, peluang untuk mereformasi sistem ketenagalistrikan Indonesia dengan lebih banyak kapasitas energi terbarukan, perlu dukungan investasi yang mumpuni pula.
Menurutnya, minat investor terhadap pengembangan energi terbarukan di Indonesia mulai terbangun, sehingga BKPM pun berupaya menjembatani kebutuhan para investor tersebut. Khususnya terkait inisiasi pengembangan proyek EBTÂ dengan melakukan koordinasi dan menghubungkan pihak investor dengan pihak yang berkepentingan terkait.
“Kementerian Investasi/BKPM juga berupaya untuk memberikan informasi yang komprehensif kepada investor, melalui penyusunan penawaran proyek yang dapat diinvestasi (Investment Project Ready to Offer)," kata Hasyim dalam keterangannya, Kamis, 21 September 2023.
"Dengan keluaran berupa dokumen pra-feasibility study terkait proyek strategis di daerah," ujarnya.
Selain itu, BKPM menilai bahwa di samping mendorong investasi pada sektor potensial/prioritas, urgensi keberlanjutan tetap merupakan tanggung jawab seluruh sektor perekonomian.
Di sisi lain, Senior Advisor Programme Manager International Energy Agency (IEA), Michael Waldron mengatakan, terdapat enam tahapan integrasi variabel energi terbarukan di dalam sistem ketenagalistrikan. Menurutnya, Indonesia, dengan bauran variabel energi terbarukan yang saat ini masih berada di bawah 1 persen, berada di dalam tahap satu dari integrasi variabel energi terbarukan.
Hal ini berarti pengoperasian variabel energi terbarukan masih memberikan dampak yang sangat minor, terhadap sistem ketenagalistrikan. Namun, perencanaan ke depannya perlu tetap mempertimbangkan bauran variabel energi terbarukan yang lebih tinggi.
"Apalagi, biaya pembangkitan variabel energi terbarukan memiliki tren yang semakin menurun selama satu dekade terakhir," ujarnya.