Transformasi Pertamina Menuju Masa Depan yang Lebih Baik

Pertamina.
Sumber :

VIVA – Pertamina pada tahun 2022 telah membukukan laba sebesar USD 4,09 Miliar, meningkat 73% dibandingkan laba tahun 2021 sebesar USD 2,35 Miliar. Hal ini tidak lepas dari kebijakan Pertamina di bawah kepemimpinan Direktur Utama Nicke Widyawati dan jajaran top manajemen yang sejak 2020-2021 berhasil melakukan upaya transformasi yang penting dalam organisasi, portofolio dan proses bisnis untuk mencapai efisiensi dan agility dalam berbisnis.

Pertamina melakukan transformasi melalui pembentukan beberapa Holding-Sub Holding seperti sub holding Commercial & Trading untuk pemasaran dan niaga, sub holding Power & NRE untuk bisnis energi baru terbarukan, sub holding Integrated Marine Logistics untuk perkapalan, sub holding Refinery & Petrochemicals untuk industri pengolahan, sub holding Upstream untuk bisnis hulu, serta sub holding Gas untuk bisnis midstream.

Belum lama, pada tahun-tahun Pandemi Covid 19 yaitu tahun 2020 dan 2021, Pertamina mengalami apa yang disebut oleh Nicke Widyawati sebagai Triple Shock pada masa pandemi selama 2 tahun berturut-turut, pertama, turunnya  demand sebesar 25% rata-rata nasional kota-kota besar,  fluktuasi harga minyak dunia yang dalam dan depresiasi nilai tukar rupiah. 

Saat itu pendapatan Pertamina turun hampir sebesar 25% namun hal itu tidak berlangsung lama, Pertamina melakukan efisiensi di berbagai hal dan tentu juga langkah transformasi total sehingga membuahkan hasil yang baik sekarang ini.

Ibarat sebelumnya Pertamina adalah kapal yang besar, kuno dan lambat kini dengan adanya transformasi Pertamina memilik 6 kapal baru, yang lincah, efisien dan kuat untuk mengarungi samudera baru.

Pada kesempatan yang lalu, Nicke Widyawati, Pertamina akan tetap 3 kapal dari 6 kapal barunya bergerak dengan model bisnis dan metode bisnis yang eksisting setidaknya 10 sampai 15 tahun ke depan. Karena hingga hari ini Pertamina masih merupakan perusahaan migas nasional terbesar di Indonesia dengan menguasai 95% pasar retail dan 65% produksi migas nasional.

Kapal pertama yang harus tetap adalah subholding upstream atau hulu, komitmen Pertamina dalam 5 tahun ke depan akan menginvestasikan 60% pada sektor hulu untuk mengangkat atau memproduksi cadangan yang ada dan menambah cadangan. Kapal kedua adalah subholding kilang (KPI) di sektor midstream ini di investasikan 20% untuk upgrade dan pembuatan kilang baru sehingga bisa menjaga kemandirian terhadap impor, efisiensi dalam produksi menekan emisi karbon, dan fleksibelitas tinggi terhadap crude menghasilkan kualitas bahan bakar minyak yang lebih baik. Ketiga adalah kapal subholding Commercial and Trading (Patra Niaga) sektor retail SPBU, SPBG dan Terminal migas.

Selain 3 kapal tersebut diatas yang tetap dijaga di bisnis Migas eksisting ada 3 kapal subholding lainnya,  NRE yang mengembangkan potensi energi baru terbarukan, Geothermal, Biofuel, Solar Energy dan Batere untuk kendaraan listrik. Kapal selanjutnya adalah subholding gas yang me jadi jalan tengah transisi dari minyak ke EBT, terus mengembangkan infrastruktur perpipaannya. Kapal terakhir adalah subholding Integrated Marine Logistic mengembangkan virtual pipeline dan pelabuhan mengirimkan migas khususnya di kawasan Indonesia Timur.

Faktor pandemi menjadi momentum akselarasi transformasi selain melakukan efisiensi dan terobosan juga melakukan penemuan-penemuan baru baik secara organisasi, model bisnis dan metode bisnis. Dengan 6 subholding ini Pertamina berkomitmen pada 3 hal, menjaga bisnis yang ada tetap kuat, melakukan ekspansi bisnis baru dan melompat ke masa depan mengarah kepada transisi energi menuju pencarian dan pengembangan  sumber-sumber energi baru terbarukan.

Transformasi Upaya Membuka Kunci Nilai-Nilai Kebaruan

Erick Thohir Ungkap Nasib Shin Tae-yong Usai Timnas Indonesia Kalahkan Arab Saudi 2-0

Transformasi di BUMN telah dicanangkan oleh Kementerian Negara BUMN yang digawangi oleh Menteri BUMN Erick Thohir sejak tahun 2016 yang lalu.

Erick Thohir melakukan empat transformasi di BUMN, pertama, transformasi core value, kedua, infrastruktur, ketiga,  aturan main, dan keempat,  kesejahteraan pegawai. 

Batal Mundur dari Ketua PSSI Akibat Kemenangan Timnas Indonesia atas Arab Saudi 2-0, Erick Thohir: Alhamdulillah!

Erick Thohir dalam upayanya melakukan transformasi di BUMN telah melakukan terobosan dalam penyederhanaan aturan dari 45 peraturan menteri menjadi tiga peraturan menteri. 

Erick menilai pemangkasan aturan memudahkan dalam bekerja dan tidak ingin aturan yang ada justru membelenggu langkah Kementerian BUMN dalam memperbaiki BUMN.

Respons Erick Thohir Usai Timnas Indonesia Libas Arab Saudi

Kerja Erick Thohir di BUMN memperlihatkan perbaikan kinerja yang merupakan bukti dari transformasi dan restrkturisasi berbasis harmoni yang berpedoman pada core value BUMN yang dilakukan Erick di perusahaan plat merah sudah berjalan sangat baik.

Proses transformasi Pertamina awalnya terjadi pada tahun 2018 yaitu transformasi holding migas Pertamina di lakukan ketika PGN bergabung dengan Pertamina, secara terus menerus dan konsisten bertahap telah menjadi arahan penting bagi perusahaan migas nasional Pertamina.

 Ditengah situasi dunia yang penuh disrupsi yang belum pernah terjadi sebelumnya, turbulensi pasar akibat berbagai hal, transformasi kali ini sangat penting untuk menggerakkan nilai-nilai baru, membuka peluang-peluang baru untuk menggerakkan pertumbuhan ke arah pola efisiensi-efisiensi yang baru pula.

Semua transformasi mensyaratkan untuk berpikir ulang bagaimana perusahaan-perusahaan dapat menciptakan nilai-nilai baru di hari ini dan masa mendatang. Atau dengan kata lain, transformasi membutuhkan gagasan yang besar. Mengapa demikian? Karena transformasi perlahan dan bertahap belum dan tidak cukup bagi kita bisa memenangkan dan meraihnya ditengah ketidakmenentuan disrupsi lingkungan bisnis yang secara terus menerus berubah.

Tidak mudah memenangkan keadaan hari ini kecuali melakukan secara konsisten, disiplin dan terus menerus menjaga pertumbuhan perusahaan dengan kegesitan terobosan melakukan penemuan-penemuan baru sehingga dapat melahirkan perubahan yang mampu mengantisipasi masa depan yang lebih kokoh.

Transformasi bisnis yang efektif artinya harus bisa bertahan disertai daya upaya untuk mengejar peluang berdasarkan terobosan bisnis baru untuk menjawab tantangan geliat bisnis dan bergeraknya permintaan pasar dengan memberi arah yang tepat atas kompleksitas dan rumitnya peraturan-peraturan yang akan dihadapi.

Hari ini melakukan transformasi memakan waktu yang super cepat,  kecepatan yang akan memusingkan,  ibarat naik roller coaster, transformasi mensyaratkan integrasi dan penyesuaian tingkat tinggi, banyak dari kita tidak mempersiapkannya dengan baik.  

Banyak inisiatif dalam upaya melakukan transformasi bisnis, biasanya bisa memakan waktu 3 sampai 5 tahun agar bisa tuntas, sekarang perusahaan harus melakukannya dalam waktu yang sangat singkat,  1 tahun bahkan kurang dari itu.

Bagaimana diketahui perusahaan menghadapi transformasi penuh kekhawatiran, harus berurusan dengan bergunung-gunung informasi, rentang kendali waktu yang mepet, keputusan yang tidak terhitung saking banyaknya yang sangat mempengaruhi semua aspek strategi dan operasi.

Resiko mengalami kegagalan memang besar di depan mata namun perusahaan harus bisa meletakan garis perbedaan untuk memastikan langkah penyesuaian walau langkah ini belum pernah diambil sebelumnya, demi masa depan perusahaan perlu keberanian untuk menentukan tujuan yang jelas.

Peran Pertamina Holding Dalam Orkestrasi Perusahaan 

Pertamina Holding harus mampu mengorkestrasi 6 subholding yang ada, holding harus menjalankan fungsi integrasi yang kokoh. Memberikan arahan strategic planning yang jelas dari atas ke bawah secara disiplin dan kokoh agar seluruh perwira dan pertiwi memahami visi dan nilai transformasi yang sedang di usung.

Holding mempunyai kewajiban menjalankan fungsi integrasi, baik itu integrator bisnis dan integrator operasional.

Holding harus memastikan proses bisnisnya melalui fungsi integrator bisnis yang menomorsatukan memenuhi penugasan public service obligation (PSO) bukan sekedar mengejar keuntungan dan efisiensi.

Sedangkan fungsi integrator operasional holding memastikan ketersediaan, harga dan tepat sasaran BBM bersubsidi dengan menggunakan teknologi digitalisasi online realtime.

Jajaran top manajemen Pertamina yang di komandoi Nicke Widyawati telah menerapkan betapa pentingnya melakukan pendekatan transformasi pada "people, procces, and technology" dalam artian pimpinan dapat gambaran utuh dan komplit dan di iringi dengan mengembangkan segala kemampuan yang ada untuk fokus mendukung pilihan strategi-strategi organisasi yang menyentuh 6 dimensi, seperti, "mission, insight, integration, procceses, technology and talent." telah membawa Pertamina bertransformasi ke arah yang tepat.

Kunci keberhasilan transformasi Pertamina, soliditas top manajemen yang dapat mengkomunikasikan visi dan nilai perubahan, kebaruan dan terobosan kepada seluruh organisasi dalam proses tranformasi. 

Technology leadership dan inovasi bisnis model, dalam satu tahun Pertamina mempunyai hampir 400 proyek investasi yang terkait dengan pengembangan teknologi dan inovasi bisnis selain memberikan profit juga sekaligus meningkatkan kualitas, produktivitas dan efisiensi.

Birokrasi pengambilan keputusan yang lebih sederhana dengan ada subholding, keputusan bisa diambil di masing-masing entitas subholding.  Seperti contoh proses keputusan investasi yang sebelumnya perlu 9 langkah prosedur kini cukup hanya dengan 2 langkah prosedur keputusan.

Transisi Energi Transformasi Berkesinambungan

Strategi Pertamina untuk menjalankan kebijakan transisi energi dari bahan bakar fosil menjadi sumber energi baru dan terbarukan (EBT) atau New and Renewable Energy (NRE) adalah bagian penting selanjutnya dari seluruh proses transformasi perusahaan.

Transisi energi ini bagi Pertamina selain untuk memenuhi komitmen pengurangan emisi pada saat bersamaan adalah peluang untuk mengembangkan inovasi bisnis model baru, yaitu bisnis green and clean  energy

Selain hal diatas, upaya Pertamina dalam dekarbonisasi ini sangat penting karena sebagai bagian dari masyarakat dunia, Pertamina perlu ikut berperan aktif  dan bertanggung jawab untuk memperlambat perubahan iklim  dan pemanasan global yang semakin hari semakin dirasakan dampak buruknya untuk generasi hari ini. 

Transisi energi dengan bauran energi yang semakin tinggi menjadi penting dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan untuk diwariskan pada generasi masa depan.

Target bauran energi baru terbarukan dicanangkan sebesar 25% di tahun 2025. Menurut data Kementerian ESDM pada tahun 2022 bauran energi Indonesia masih di angka 12,5%, masih tekor sekitar 12,5% lagi yang harus dikejar 2 tahun ke depan. 

Selain komitmen untuk memenuhi target tersebut, Pertamina juga perlu mengambil langkah terobosan sehingga membuka peluang model bisnis baru yang dapat memberi keuntungan Pertamina pada saat yang bersamaan. Hal ini adalah trend global dalam mengusung konsep Green and Clean Economy misalnya komitmen Indonesia pada agenda yang di canangkan pada IPEF (Indo Pasific Economic Framework) di Tokyo tahun 2022 sebagai bentuk inisiatif negara-negara Indo Pasific dalam menjalin kerja sama ekonomi untuk mengatasi berbagai tantangan global dan meningkatkan kerja sama ekonomi AS di kawasan Indo Pasifik, melalui 4 pilar, yaitu perdagangan, rantai pasok, ekonomi bersih, serta ekonomi berkeadilan.

Indonesia dalam pilar ekonomi bersih (Clean Economy) bersama 14 negara anggota IPEF mancanangkan perjuangannya menahan laju perubahan iklim dan pemanasan global.

Menurut data proyeksi yang ada kebutuhan energi di dalam negeri Indonesia masa datang yaitu pada tahun 2040 akan meningkat pesat, di satu sisi penggunaan energi minyak secara presentasi mengalami penurunan dari sekarang 27% nanti pada tahun 2040 terjun ke angka 16% namun secara volume meningkat, per hari ini kita gunakan minyak sebesar 1,5 juta barrel per hari nanti pada tahun 2040 diproyeksikan volume penggunaan minyak per hari bisa mencapai 2,8 juta barrel. Artinya, bisnis minyak (fossil fuel) masih tinggi di masa mendatang.

Pertamina masih menjadi perusahaan migas terbesar di Indonesia, selain target lifting minyak 1 juta barrel angka produksi mencapai 65%. Di sisi retail, Pertamina sebagai penyedia bahan bakar minyak market share nya mencapai 95%. 

Fakta dan data di atas menjadi tantangan yang harus dijawab oleh Pertamina untuk memenuhi komitmen melakukan transisi energi. Pertamina mau tidak mau harus menjalankan smart and green operation pada produksi dan eksplorasinya yang lebih ramah lingkungan (4rs of Circular Carbon Economy) yang terikat dengan komitmen BUMN yang menargetkan pada tahun 2050 bisa mencapai net zero emmision.

Langkah-langkah Pertamina untuk lakukan dekarbonisasi dan mencapai target pengurangan emisi di angka 29% pada tahun 2025 dan net zero emmision di tahun 2050 harus sekaligus bersamaan dengan pengembangan bisnis energi bersih.

Pertamina senantiasa mengembangkan konsep transisi energi dari yang lama menuju energi bersih adalah mengutamakan ketersediaan energi bersih yang ada dimiliki oleh negara atau daerah-daerah. Indonesia memiliki sumber daya alam yang besar untuk mengembangkan energi bersih baru dan terbarukan, cadangan migas yang ada, potensi geothermal, potensi biofuel, potensi CO2 injection, gas, sinar matahari, angin, pasang surut laut, dan algae laut.

Tantangan Transformasi dalam rangka transisi energi dari proses bisnis model yang lama beralih ke model bisnis green and clean energy menjadi tantangan bagi industri energi di dunia, Pertamina khususnya.

Transisi energi harus mensyaratkan, pertama,  ketersediaan (availability), kedua, harga terjangkau (affordability) dan ketiga proses produksi dan kualitas produk yang ramah lingkungan (green and clean energy)

Tantangan yang harus dijawab oleh Pertamina dalam transformasi perusahaan ditengah transisi energi adalah bagaimana mempersiapkan
teknologi mutakhir yang tepat, kemitraan global dalam keuangan dalam era green and clean energy insdustry, penyiapan dan upskilling sumber daya manusia dan menjamin aksesibilitas, ketersediaan, dan keterjangkauan energi bersih.

Pertamina pasti bisa.

Oleh: Khalid Zabidi (Transformation Initiatives Forum)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya