Menko Luhut Ungkap Dampak Krisis Iklim: Rugikan Ekonomi hingga 3 Juta Kematian tiap Tahun

Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.
Sumber :
  • VIVA/Mohammad Yudha Prasetya-tangkapan layar

Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko MarvesLuhut Binsar Pandjaitan mengatakan, kerugian perekonomian global akibat krisis iklim bisa mencapai hingga US$ 23 triliun pada tahun 2050.

Beda Pernyataan Luhut dan Kemenkeu soal PPN Naik Jadi 12% di 2025, Tunda Atau Lanjut?

"Krisis iklim merugikan perekonomian global hingga sebesar US$ 23 triliun pada tahun 2050, dengan tiga juta kematian setiap tahunnya," kata Luhut di acara Indonesia Sustainability Forum (ISF) 2023, kawasan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Kamis, 7 September 2023.

Luhut pun menegaskan, masalah krisis iklim merupakan masalah utama generasi saat ini dan selanjutnya. Sebab, menurutnya kondisi planet bumi saat ini telah memecahkan rekor dengan skala bencana yang sudah terbilang sangat merusak.

Amanah UU, Kemenkeu Pastikan Kenaikan PPN 12 Persen Tetap Berlaku 2025

"Jika diamati, pada bulan Juli 2023, suhu rata-rata global mencapai tertinggi dalam sejarah, dengan 1,5 derajat celsius lebih hangat dibandingkan rata-rata pada masa pra-industri," ujarnya.

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan

Photo :
  • VIVA/Yudha Prasetya
Nasib Pemberlakuan PPN 12 Persen Dindur, Luhut Pandjaitan Jelaskan Begini

Dia mengatakan, hal tersebut turut berkontribusi sebagai masalah yang mempertebal ancaman global, karena krisis iklim juga akan berdampak pada masalah lainnya seperti soal ketahanan pangan, pembangunan daerah pedesaan, dan masalah kemiskinan.

Karena itu, lanjut Luhut, saat ini setiap individu perlu mengambil tindakan, dan melakukan aksi nyata untuk menyelamatkan masa depan dari perubahan iklim.

Menurutnya, kegagalan satu negara merupakan kegagalan seluruh dunia, sehingga diperlukan kolaborasi global sebagaimana yang telah dilakukan Pemerintah Indonesia melalui prakarsa Indonesia Sustainability Forum (ISF) 2023 ini.

"Semoga forum ini bisa menjadi wadah perkumpulan bagi para pemimpin global, untuk mendorong kolaborasi internasional yang konkrit dalam mengejar pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif," kata Luhut.

"Serta, menjadi platform untuk menjalin kemitraan demi mendorong bisnis berkelanjutan, dan merintis jalan menuju emisi nol bersih global," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya