Menteri BUMN: Citilink dan Pelita Air Merger, Garuda Tetap Premium

Menteri BUMN, Erick Thohir.
Sumber :
  • Istimewa

Jakarta – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir menjelaskan skema merger terbaru yang bakal dilakukan terhadap maskapai penerbangan Garuda Indonesia, Citilink, dan Pelita Air.

Media Asing Remehkan Mimpi Erick Thohir Bawa Timnas Indonesia ke Ranking 50 FIFA: Mustahil

Dia menjelaskan, nantinya merger atau penggabungan hanya akan dilakukan antara Citilink dan Pelita Air, sementara Garuda Indonesia akan tetap menjadi maskapai penerbangan kelas premium milik pemerintah sekaligus sebagai induk usaha Citilink.

Kemudian, Pelita Air yang merupakan maskapai penerbangan milik Pertamina, nantinya akan masuk menjadi bagian Garuda Indonesia Group dengan melebur ke Citilink.

Optimis, Erick Thohir Targetkan Timnas Indonesia Tembus Ranking 50 FIFA

"Jadi nanti Garuda tetap di premium, lalu Citilink sama Pelita merger," kata Erick di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis, 31 Agustus 2023.

Garuda Indonesia.

Photo :
  • Dok. Garuda Indonesia
Setoran Dividen BUMN Sudah Capai Target 100 Persen, Ini 10 Perusahaan Penyumbang Terbesar

Dengan skema tersebut, Erick memastikan bahwa nantinya hanya akan ada dua maskapai penerbangan dengan target pasar yang berbeda, yakni full service carrier dan low cost carrier (LCC). Dia berharap, proses penggabungan semacam itu akan bisa terlaksana secepatnya di tahun ini, atau setidaknya di awal tahun depan.

"Kalau bisa tahun ini, ya tahun ini. Kalau tidak bisa, ya mungkin awal tahun depan. Jadi tergantung pembukuannya masing-masing, karena kan perlu proses," ujar Erick.

Pesawat Pelita Air lepas landas.

Photo :
  • Dok. Pelita Air

Dia menambahkan, skema peleburan semacam ini tidak perlu melibatkan penilaian obligor ataupun kreditor Garuda Indonesia. Karena, proses merger hanya dilakukan pada Citilink, dimana prosesnya juga baru mencapai 30 persen.

"Jadi ini enggak ada hubungannya (dengan obligor dan kreditor Garuda Indonesia), kan di Citilink. Progresnya baru 30 persen, baru kajian," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya