4 Perusahaan Listrik ASEAN Sepakat Saling Topang Pasokan Listrik, Begini Caranya
- Dok. PLN Indonesia Power.
Jakarta – Empat perusahaan listrik dari negara-negara ASEAN bertemu di 'ASEAN Ministers on Energy Meeting' (AMEM) ke-41 di Bali, guna membahas peluang interkoneksi sistem antarnegara.
Keempatnya yakni PT PLN (Persero) dari Indonesia, Tenaga Nasional Berhad asal Malaysia, Electricite du Laos dari Laos, dan Electricity Generating Authority of Thailand (EGAT) dari Thailand.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif menjelaskan, fokus pembahasan para produsen setrum dari empat negara tersebut adalah soal bagaimana membuat sistem interkoneksi kelistrikan, yang bisa saling menopang satu sama lain dalam hal pasokan listrik.
"Sistem interkoneksi ini bisa menjadi tulang punggung (backbone) jika suplai listrik di sebuah wilayah berlebih, maka dapat dialirkan sesuai dengan kebutuhan kawasan," kata Arifin dalam keterangannya, Jumat, 25 Agustus 2023.
Guna mewujudkannya, Arifin memastikan bahwa para pihak tersebut juga telah sepakat untuk meningkatkan interkonektivitas melalui Trans-ASEAN Gas Pipeline (TAGP), dan ASEAN Power Grid (APG) untuk energi ASEAN yang berkelanjutan.
Menteri ESDM menambahkan, di tengah pencapaian target transisi energi dan pengurangan emisi global, seluruh negara anggota ASEAN juga sepakat bahwa ketahanan energi di atas segalanya.
Hal itu antara lain diwujudkan dengan membangun konektifitas antarnegara ASEAN tersebut, dengan tagline energi ASEAN yang memuat tiga pilar energi yakni keberlanjutan, keamanan, dan interkonektivitas.
"Pilar-pilar ini mewakili tantangan utama kami dalam mempercepat konektivitas energi, untuk mencapai pertumbuhan ASEAN yang berkelanjutan," ujarnya.
Menanggapinya, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo menjelaskan, sistem interkoneksi di ASEAN semacam ini bukan hal yang baru bagi PLN. Indonesia dan Malaysia bahkan sudah menghubungkan sistem kelistrikan antara Kalimantan dengan Sabah. Namun, menurutnya pengembangan interkoneksi ini memang perlu dilakukan di tengah tantangan pengembangan energi bersih.
"Dengan adanya perencanaan ambisius mengenai pengembangan pembangkit EBT dalam skenario Transisi Energi Indonesia, maka inisiatif ini juga mampu meningkatkan fleksibilitas pasokan dan permintaan di sektor kelistrikan," ujar Darmawan.