Bos OJK Sebut Pertumbuhan Ekonomi RI Jadi Mimpi Indah Buat Sebagian Negara
- Press Release
Jakarta – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar mengatakan, capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia beserta industri jasa keuangannya yang stabil, merupakan impian yang sangat indah bagi sebagian negara di dunia.
Hal itu seiring upaya Pemerintah menekan defisit APBN 2023 kembali ke tingkat 2,28 persen dari PDB, atau jauh lebih rendah dari 2,84 persen yang dicadangkan sebelumnya dari APBN 2023.
Selain itu, ada pula inflasi inti yang turun ke 2,4 persen, serta indeks harga konsumen (IHK) atau indeks harga perdagangan besar (IHPB) Juli 2023 yang turun menjadi 3,08 persen dibandingkan 3,52 persen di bulan Juni 2023.
"Hal-hal tersebut (pertumbuhan ekonomi RI) adalah suatu kombinasi impian, yang bahkan terlalu indah untuk dijadikan mimpi sebagian besar negara berkembang di dunia," kata Mahendra dalam acara HUT ke-46 diaktifkannya kembali Pasar Modal Indonesia, di Gedung BEI, Jakarta, Kamis, 10 Agustus 2023.
Dia menambahkan, hal itu adalah buah dari keberhasilan Pemerintah Indonesia, dalam menjaga stabilitas sektor jasa keuangan dan pertumbuhan ekonomi yang baik. Terutama di tengah kondisi perekonomian dan pasar keuangan global, yang saat ini dinilai semakin penuh dengan berbagai tantangan.
Mahendra menyebut, faktor-faktor pendukungnya antara lain yakni pertumbuhan ekonomi RI kuartal II-2023, yang mencapai 5,17 persen (yoy) atau lebih tinggi dari konsensus prakiraan pasar di angka 4,93 persen.
Di sisi lain, terdapat pergeseran motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2023, yakni soal konsumsi rumah tangga dan investasi. Hal itu menurutnya sangat berbeda dari tahun lalu, yang penggerak utama pertumbuhan ekonominya digerakkan oleh kinerja ekspor.
Terlebih, lanjut Mahendra, kinerja pertumbuhan konsumsi rumah tangga tercatat mencapai 5,23 persen dan investasi 4,63 persen. Sehingga, kombinasi antara konsumsi dan investasi yang keseluruhannya 80 persen dari PDB, bisa melebihi pertumbuhan ekspor yang terkontraksi minus 2,75 persen
"Jadi (pertumbuhan ekonomi Indonesia) bukan saja pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, tapi juga berbasis pada motor pertumbuhan yang memang merupakan kekuatan sejati kita, yakni konsumsi rumah tangga, 53 persen dari PDB," ujarnya.