Industri Fintech RI Diyakini 'Kebal' dari Fenomena Tech Winter, Ini Alasannya

Ilustrasi fintech.
Sumber :
  • Entrepreneur

Jakarta - Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) bersama Katadata Insight Center (KIC) serta Women’s World Banking (WWB), kembali meluncurkan 'Aftech Annual Members Survey (AMS)' 2022/2023.

Diaz Adriani dan Ustadz Subki Bahas Harmoni Pernikahan dalam Dunia Bisnis

Laporan rutin tahunan yang diterbitkan sejak tahun 2017 itu, memberikan gambaran mengenai perkembangan terkini serta peluang dan tantangan yang dihadapi oleh industri fintech di Indonesia.

AMS 2022/2023 menyoroti perkembangan industri fintech, fenomena tech winter, talenta digital, kontribusi terhadap perekonomian (terutama investasi), penerapan tata kelola yang baik, pemerataan infrastruktur digital, kesetaraan gender, dan regulasi yang kondusif.

Pertumbuhan Ekonomi hingga Inflasi Dipastikan Terjaga PPN Jadi 12 Persen, Sistem Perpajakan Makin Kuat

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar mengungkapkan, tech winter yang melanda dunia dampaknya tidak terlalu dirasakan oleh industri fintech di Indonesia. Hal ini karena pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi dan berkelanjutan.

Tech Winter adalah istilah populer yang menggambarkan kondisi perusahaan rintisan atau startup berbasis teknologi, mulai tumbang dan gugur satu per satu. Fenomena tech winter menyebabkan pelaku di industri teknologi dan perusahaan startup, lebih berfokus untuk bertahan dan melakukan inovasi guna menghasilkan profit.

Beragam Inovasi dan Kolaborasi, Ajang IDEA Expo 2024 Panen Apresiasi

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Keuangan Indonesia (OJK), Mahendra Siregar.

Photo :
  • Press Release

Lebih lanjut, Mahendra mengungkapkan, agar pertumbuhan fintech berjalan baik maka harus disertai penerapan good governance, risk and compliance, transparansi, mekanisme audit yang kredibel dan akuntabilitas sebagai perilaku kunci bisnis fintech. 

"Kami yakin fintech di Indonesia mampu jadi bagian integral dari pembangunan ekonomi Indonesia. Inovasi dan solusi yang ditawarkan fintech sangat diperlukan Indonesia, yang punya pertumbuhan ekonomi tinggi dan berkelanjutan, demografi yang besar dan stabilitas politik yang baik, serta pembangunan sosial serta kesejahteraan yang cepat," ujarnya.

Senada, Ketua Umum Aftech, Pandu Sjahrir mengatakan, di tengah lingkungan bisnis yang diwarnai oleh resesi global, industri fintech berperan penting dalam merespons tantangan-tantangan yang ada. Dalam konteks ini, Pandu meyakini bahwa fintech menjadi solusi kunci untuk perusahaan dalam menjaga efisiensi, dan efektivitas di tengah tekanan ekonomi.

Ketua Umum Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) Pandu Sjahrir

Photo :
  • Misrohatun Hasanah

Menurutnya, hal ini menunjukkan bahwa industri fintech berkembang ke arah yang positif, guna mendorong inklusi finansial mencapai target 90 persen pada 2024 dan memperkuat ekosistem digital nasional.

"Kita yakin bahwa industri fintech Indonesia mantap melangkah ke arah keberlanjutan inklusi," ujarnya.

--

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya