Kampung Kopi Konservasi, Cara PLN Indonesia Power Jaga Pasokan Listrik PLTA Mrica

Petani kopi di Kampung Kopi Konservasi Desa pegundungan, Banjarnegara, Jawa Tengah.
Sumber :
  • Dok. PLN IP.

Jakarta – PLN Indonesia Power Mrica PGU terus berkomitmen menjaga keandalan pasokan listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Mrica. Caranya dengan terus menjaga kualitas air pada aliran Sungai Serayu sekaligus memberdayakan masyarakat sekitar. 

Saatnya Industri Kopi Indonesia Berpikir Hijau

Upaya itu dilakukan lewat Kampung Kopi Konservasi yang mengimplemestasikan konsep Creating Shared Value atau CSV, di mana konsep ini akan menguntungkan bagi masyarakat dan korporasi. Tak hanya penting bagi keandalan pembangkit, di mana air Sungai Serayu digunakan sebagai penggerak turbin PLTA Mrica, namun juga untuk menjaga ekosistem di Sungai Serayu.

Terletak di ketinggian 1300-1500 mdpl, Desa Pegundungan menghasilkan kopi dengan brand Kopi Senggani dengan jenis varian unggulannya yaitu arabika yang memiliki cita rasa yang khas. 

30 Persennya Tidak Tepat Sasaran, Bahlil Ungkap Kebocoran Subsidi Energi Rp 100 Triliun

Kopi Senggani pun kini dikenal sebagai Kopi Konservasi, yaitu kopi yang dihasilkan dari budidaya kopi dengan mengutamakan pelestarian atau perlindungan kawasan yang diterapkan oleh petani. Selain mampu mengurangi erosi tanah yang mengakibatkan sedimentasi di waduk Mrica, konsep ini juga dapat meningkatkan nilai ekonomi bagi petani sekaligus sebagai tempat edukasi budidaya kopi berbasis agro eduwisata di Banjarnegara, Jawa Tengah.

Senior Manager Mrica Power Generation Unit (PGU), PS Kuncoro menjelaskan, program ini dilakukan secara bertahap dan melalui banyak penelitian sebelum pada akhirnya terwujud Kampung Kopi Konservasi yang berguna bagi lingkungan dan juga kesejahteraan masyarakat.

Dukung Pelaku Industri Kopi Lokal, Bank Mandiri Kembali Gelar Jakarta Coffee Week 2024

“Sebelum adanya program kampung kopi konservasi, di Desa Pegundungan ini rata-rata lahannya digunakan untuk menanam kentang dan sayuran, kita tau bahwa ini sangat berpotensi menambah laju sedimentasi,” ujar Kuncoro dikutip dalam keterangan tertulis, Rabu, 12 Juli 2023.

PLTA atau pembangkit hidro.

Photo :
  • PLN

Ia menjelaskan, dari studi yang dilakukan dengan menggandeng para ahli di bidangnya, Mrica PGU bergerak memberikan pelatihan dan pendampingan.

"Hingga akhirnya terwujud Desa Pegundungan sebagai Kampung Kopi Konservasi yang merupakan pengembangan dari Program Sekolah Lapangan yang diinisiasi sejak tahun 2009,” lanjut Kuncoro.

Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK RI, Sigit Reliantoro mengatakan Kampung Kopi Konservasi binaan PLN IP Mrica PGU ini merupakan salah satu contoh implemestasi konsep Creating Shared Value atau CSV di mana konsep ini akan menguntungkan bagi masyarakat dan korporasi.

“Ini merupakan salah satu contoh implementasi dari konsep Creating Shared Value, ada upaya win-win solution dari mayarakat dan perusahaan, bagi masyarakat ini merupakan opsi yang tepat dalam mengembangkan pencaharian baru dan tentunya yang paling penting lagi untuk melindungi fungsi setiap komponen DAS Serayu dalam mencegah erosi, sedangkan bagi PLN IP sendiri tentunya untuk jangka panjang keberlanjutan PLTA Mrica yang dalam pengoperasiannya memanfaatkan air dari aliran sungai serayu,” ujar Sigit.

Senada, Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra mengatakan, PLN IP terus melakukan inovasi salah satunya dengan menciptakan CSV bagi korporasi maupun masyarakat sehingga mampu berkontribusi dalam peningkatan ekonomi, sosial, kesehatan dan lingkungan.

“Setiap program yang dijalankan oleh PLN Indonesia Power diharapkan dapat menciptakan Creating Shared Value (CSV), sehingga dapat berkontribusi dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan,” ujar Edwin.

Diketahui PLN IP Mrica PGU telah melakukan pelatihan dan pendampingan hingga akhirnya bisa menjadikan Desa Pegundungan sebagai Kampung Kopi Konservasi yang merupakan pengembangan dari Program Sekolah Lapangan yang diinisiasi sejak tahun 2009. 

Selain untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat, hal ini dilakukan sebagai upaya menjaga kualitas air dan sedimentasi karena diketahui Desa Pegundungan merupakan salah satu lokasi yang sangat berpengaruh terhadap pergerakan laju sedimentasi Sungai Serayu. 

Melihat keajaiban yang ada di Desa Pegundungan, KLHK pun hadir dalam kegiatan panen kopi dan juga untuk mengetahui bagaimana Kopi Senggani bisa lahir dari tangan para petani kopi di Desa Pegundungan. 

Panen Kopi ini dilakukan di kebun kopi seluas 44 hektare dengan melibatkan anggota Kelompok Tani Bangkit dengan jumlah 99 orang yang menghasilkan kopi sebanyak 30 ton yang akan berlangsung hingga bulan Agustus nanti.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya