Pengamat Ungkap Penyebab BUMN Karya Kerap Merugi
- ANTARA/Septianda Perdana
Jakarta – Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan tumpuan dalam meningkatkan pembangunan dan pengembangan ekonomi di seluruh Indonesia. Karena, meskipun secara bisnis sebuah proyek infrastruktur tidak menguntungkan, namun seringnya para BUMN Karya tetap harus membangun proyek infrastruktur tersebut demi kepentingan masyarakat.
Hal ini antara lain juga diutarakan oleh Pengamat BUMN, Toto Pranoto. Dia menyebut, salah satu perbedaan mendasar dari perusahaan infrastruktur milik swasta dan BUMN adalah pada aspek pertimbangan komersial dari sebuah proyek.
"Tentu perusahaan swasta akan memikirkan aspek komersial dengan cukup berhati-hati. Artinya, kalau proyek rintisan yang punya risiko tinggi, biasanya swasta tidak akan masuk. Maka negara biasanya hadir lewat BUMN," kata Toto Pranoto dalam keterangannya, Selasa, 20 Juni 2023.
Toto menilai, apa yang dilakukan BUMN sudah sejalan dengan undang-undang (UU) BUMN. Di mana, salah satu tugasnya yakni menjadi kepanjangan tangan Pemerintah, untuk menjalankan tugas keperintisan atau tugas yang terkait dengan hajat hidup orang banyak.
Karenanya, Toto pun menyebut bahwa Penyertaan Modal Negara (PMN) dari pemerintah kepada BUMN, merupakan sebuah hal yang wajar. "Kalau misalnya dana PMN tidak cukup, maka dimungkinkan pembiayaan proyek dari sumber pembiayaan lainnya, termasuk utang," ujarnya.
Toto menyebut, kerugian yang dialami BUMN pun tak bisa disamakan dengan perusahaan swasta, yang tidak mengambil risiko dalam mengerjakan proyek yang tidak menguntungkan dalam jangka pendek. Sebab, menurutnya kerugian BUMN dikarenakan banyak faktor, antara lain kesulitan dan keterlambatan pembebasan tanah yang menyebabkan cost over run.
"Bisa juga kejadian luar biasa seperti pandemi COVID-19, yang menyebabkan pengerjaan proyek terhenti (tidak ada progres), sementara bunga utang dan pokok pinjaman jatuh tempo terus berjalan. Ini menyebabkan terjadinya kesulitan keuangan pihak kontraktor BUMN," kata Toto.
Dia mengatakan, proyek infrastruktur seperti jalan tol, tentu baru akan memiliki dampak ekonomi signifikan setelah beroperasi cukup panjang. Artinya, simpul-simpul ekonomi baru akan terbentuk setelah jalan tol diselesaikan. Sehingga, pertumbuhan ekonomi akan dirasakan saat klaster ekonomi baru telah terbentuk, dan return akan datang dalam jangka menengah dan panjang.
"Dalam jangka pendek sulit diharapkan investasi jalan tol ini akan segera kembali. Di negara lain pembangunan infrastruktur memiliki pola hampir serupa. Efeknya adalah jangka panjang," ujarnya.