Optimalisasi Gas di Era Transisi Energi, Penyediaan Infrastruktur Dinilai Harus Digenjot

Chairman Indonesia Gas Society (IGS), Aris Mulya Azof (kanan).
Sumber :
  • Dok. IGS.

Jakarta – Transisi energi dianggap menjadi momentum untuk mengoptimalkan penggunaan gas. Namun, momentum tersebut terancam dilewatkan begitu saja lantaran belum siapnya infrastruktur di dalam negeri. Infrastruktur merupakan kunci untuk meningkatkan konektivitas penyaluran gas di Indonesia.

Sukseskan Implementasi Asta Cita, Kementerian PU Berkomitmen Lanjutkan Pembangunan Infrastruktur

Hal itu diungkapkan Chairman Indonesia Gas Society (IGS), Aris Mulya Azof. Ia mengatakan, permintaan akan gas bumi sebenarnya mulai tumbuh, tapi terbentur masalah infrastruktur. Menurutnya ada dua masalah yang perlu diselesaikan.

"Pertama soal supply, produksi gas dalam skala besar tidak kontinu. Artinya terputus dengan pengembangan baru. Kedua kurangnya infrastruktur. Di sini ada market, (tapi) di situ tidak ada supply," kata Aris saat berbicara pada 10th Indogas and Power 2023: Indonesia Gas Conference and Exhibition seperti dikutip Rabu, 14 Juni 2023.

Komitmen Bangun Pulau Sebesi, Egi-Syaiful Fokus 3 Bidang Ini

Ilustrasi Pipa Gas

Photo :
  • Dok. PGN

Harga Gas Juga Perlu Solusi

Fokus Infrastruktur Energi Masa Depan, Ini Sederet Proyek Strategis PGN

Aris mengungkapkan, selain masalah suplai dan infrastruktur, harga gas juga masih menjadi tantangan cukup besar untuk dicarikan solusinya. Padahal hal ini dinilai berhubungan  dengan ketersediaan infrastruktur. "Affordability, artinya jangkauan dari kemampuan konsumen untuk menyerap atau membeli dengan harga yang sesuai keekonomian dari hulu," ungkap Aris.

Direktur Pembinaan Program Migas Ditjen Migas Kementerian ESDM, Mustafid Gunawan, menjelaskan dari sisi pemerintah berbagai kebijakan sudah dikeluarkan dan akan disiapkan. Tujuannya untuk memanfaatkan potensi gas bumi yang memang besar. Beberapa blok migas yang ditawarkan pemerintah dalam lelang juga sebagian besar memiliki potensi gas alam.

Selain itu, lanjut Mustafid,  kebijakan yang diluncurkan juga diarahkan untuk  menggenjot kawasan industri yang berbasis gas. "Lokasinya nanti akan berdekatan dengan sumber gas alam, kita harap industrinya bisa makin efisien," jelas Mustafid.

Menurut Mustafid ada  empat prioritas utama untuk Bisnis Gas Indonesia. Pertama, percepatan pemanfaatan gas domestik. Pemanfaatan gas domestik pada  2022 mencapai 68% dari total gas yang dimonetisasi dengan mendongkrak penciptaan permintaan gas bumi.

Kedua, mengamankan pasokan gas  dan LNG untuk menambah cadangan gas Indonesia dengan mengintensifkan kegiatan hulu migas. Adapun ketiga, mengintegrasikan infrastruktur gas dan menciptakan solusi yang inovatif. Misalnya, jalur transmisi dan distribusi, lebih dari 1.000 MMSCFD infrastruktur regas, LNG Skala Kecil, LNG dalam tangki portabel, dan juga LNG untuk truk telah dibangun.

"Keempat, menyediakan gas yang andal dan terjangkau bagi pelanggan akhir dengan menciptakan konstruksi pipa distribusi yang hemat biaya dan marjin perdagangan yang adil serta mengatur harga gas untuk sektor strategis, seperti listrik, rumah tangga, transportasi, dan industri terpilih," jelas Mustafid.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya