Bos BI Sebut Sistem Keuangan RI Kuat Meski Perbankan di AS Berguguran
- Anisa Aulia/VIVA.
VIVA Bisnis – Gubernur Bank Indonesia (BI) menyebutkan, sistem keuangan di Indonesia memiliki daya tahan dalam menghadapi dampak dari penutupan sejumlah bank di Amerika Serikat (AS). Beberapa bank di AS diketahui mengalami penutupan yakni Silicon Valley Bank (SVC), Signature Bank, dan Silvergate Bank.
Perry mengatakan, pada 2022, stabilitas sistem keuangan di Indonesia menunjukkan ketahanan yang kuat. Hal itu ditunjukkan dengan kredit pembiayaan di perbankan.
"Pembiayaan perbankan pada tahun 2022 tumbuh sebesar 11,35 persen lebih tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya sejak pademi COVID-19," kata Perry dalam Peluncuran Buku Kajian Stabilitas Keuangan, Rabu, 10 Mei 2023.
Menurut Perry, ketahanan itu ditopang oleh kuatnya permodalan, likuiditas yang memadai, hingga terkendalinya risiko kredit.
"Sistem keuangan Indonesia juga berdaya tahan dalam menghadapi dampak penutupan sejumlah bank di AS, maupun dari pengetatan kondisi pasar keuangan global," ujarnya.
Perry menuturkan, ketahanan sistem keuangan juga ditunjukkan dengan kuatnya perbankan Indonesia dalam menghadapi tekanan. Hal itu diketahui melalui stress test atau uji ketahanan yang dilakukan Bank Indonesia.
"Uji ketahanan atau stress test bank indonesia menunjukkan kuatnya perbankan Indonesia dalam menghadapi tekanan. Baik dari risiko, risiko pasar karena kenaikan SBN, dan volatilitas nilai tukar rupiah, maupun risiko kredit karena rendahnya non performing loan," katanya.
Sebelumnya diberitakan, bank pemberi modal bagi para pelaku startup yakni Silicon Valley Bank dikabarkan mengalami kebangkrutan pada Jumat, 10 Maret 2023.
Para karyawan SVB dilaporkan justru baru saja menerima bonus tahunan mereka, beberapa jam sebelum Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) selaku regulator, menyita bank tersebut.
SVB disebut-sebut tengah berada dalam pergolakan, yang dipicu oleh investor modal ventura dan pendiri startup yang panik dengan adanya penyitaan oleh FDIC sekitar hari Jumat siang, 10 Maret 2023 itu.
Adapun sinyal runtuhnya perusahaan mulai terlihat pada Rabu, 8 Maret 2023, ketika SVB mengumumkan bahwa mereka telah menjual banyak sekuritas yang merugi. Di mana, setidaknya ada US$2,5 miliar atau senilai Rp 38 triliun saham baru untuk menopang neraca keuangan.