Gubernur BI: Penggunaan Uang Elektronik 2023 Diprediksi Capai Rp 495 Triliun

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo.
Sumber :
  • VIVA/Mohammad Yudha Prasetya

VIVA Bisnis – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo memprediksi, penggunaan uang elektronik di Indonesia pada tahun 2023 ini meningkat mencapai Rp 495 triliun atau naik sekitar 23,90 persen. Hal itu antara lain tercermin dari transaksi uang elektronik tahun 2022 lalu, yang tembus hingga mencapai Rp 399,6 triliun atau naik sekitar 40,84 persen secara year-on-year (yoy).tahun ke tahun (yoy).

bank bjb Terus Perkuat Bisnis, Kini Jadi BPD Pertama Penyimpan Dana Margin di Indonesia

“Pertumbuhan uang elektronik tahun ini kita perkirakan bakal lebih cepat lagi, dan bisa mencapai hingga Rp 495 triliun,” ujar Perry di acara 'Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) 2023', di Youtube Bank Indonesia, Senin, 8 Mei 2023.

Sejumlah kartu e-Money atau uang elektronik.

Photo :
  • Raden Jihad Akbar/VIVA.co.id
Bank Indonesia Catat Uang Beredar di Oktober 2024 Capai Rp 9.078,6 Triliun

Selain itu, dalam hal transaksi belanja online melalui e-commerce, pertumbuhannya di tahun 2023 diperkirakan juga akan naik pesat menjadi Rp 533 triliun. Hal itu seiring dengan layanan perbankan digital, yang juga diprediksi akan meroket hingga Rp 64.000 triliun baik melalui transfer maupun transaksi lainnya.

"Di sini wujud nyata komitmen BI sejak tahun 2019, BI berkomitmen menjadikan digitalisasi sistem pembayaran menjadi episentrum ekonomi keuangan digital Indonesia," ujar Perry.

Bidik Generasi Muda, Wondr Diproyeksi Kerek DPK BNI Tembus Lebih dari Rp 900 Triliun pada 2025

Dia juga mendorong persatuan sistem pembayaran digital di Indonesia melalui Standar Nasional Open API (SNAP), yang dikonsolidasikan dengan seluruh industri pembayaran baik perbankan, perusahaan jasa pembayaran, maupun marketplace dan e-commerce.

Selain itu, Perry juga memprediksi sbahwa sistem pembayaran digital Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di Indonesia, masih bisa terus tumbuh hingga mencapai 45 juta pengguna. Di mana, sekitar 89-90 persen pengguna adalah para pelaku UMKM, termasuk mereka-mereka yang ada di pasar tradisional.

Terlebih, melalui kerja sama antara sejumlah negara ASEAN dalam metode penggunaan QRIS, maka diharapkan nantinya juga makin banyak masyarakat yang akan melakukan transaksinya secara digital.

"Setelah dengan Thailand, hari ini Indonesia dan Malaysia. Insya Allah akan kita kembangkan Indonesia-Singapura dan Indonesia-Filipina, dan akan terus kita kembangkan dengan seluruh negara ASEAN," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya