Pemberitaan Disebut Masih Jadi Propaganda Psikologis di Pasar Modal
- VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA Bisnis – Peran media khususnya sebuah berita dalam dunia pasar modal di Indonesia masih dianggap sebagai sebuah 'propaganda psikologis'. Karena pengaruh dari berita itu dapat menggerakkan logika, emosi pasar, dan para pelaku pasar di dalamnya.
Meski demikian, Chief Executive Officer (CEO) Vier Corporation, Vier Abdul Jamal mengatakan, kapasitas pemberitaan di Indonesia sampai saat ini belum ada yang bisa berperan sebagai 'berita intelejen', yang bisa dimanfaatkan para pelaku pasar modal Tanah Air untuk membaca dan memanfaatkan keadaan.
"Yang saya lihat bahwa berita di Indonesia itu kurang mengedepankan yang namanya 'berita intelijen'. Karena kita harus tahu bahwa di pasar saham itu sudah lama dikenal istilah 'buy on rumours, sell on news'," kata Vier dalam webinar 'Trusted News Indicator: New Media & Economy' yang digelar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Rabu, 3 Mei 2023.
"Artinya, orang sudah berani membeli (saham) itu pada saat baru dengar rumor. Dan pada saat beritanya benar-benar keluar, itu orang sudah jualan, bukannya baru beli," ujarnya.
Dia menjelaskan, spesifikasi berita intelijen itu misalnya rencana aksi korporasi dari sebuah emiten yang bocor ke publik, yang bisa disampaikan ke publik baik secara sengaja atau tidak sengaja sehingga menjadi rumor. Di mana, rumor itu pun diproduksi berulang-ulang secara terus menerus, sehingga terdengar seperti kabar yang sudah pasti.
"Nah, pada saat investor melihat rumor itu dan melihat peluang, tentunya di sini juga diperlukan yang namanya kompetensi 'dealing with ambiguity' atau dealing dengan ketidakjelasan, di mana pada saat yang tidak jelas itu kita berani membeli," kata Vier.
Pria yang kerap disebut sebagai legenda pasar modal Indonesia itu menambahkan, nantinya pada saat rumor itu benar-benar terjadi dan tersebar menjadi pemberitaan, maka saat itulah mereka yang sebelumnya sudah membeli saham yang dimaksud itu justru sudah menjualnya di saat publik baru berbondong-bondong membelinya.
"Nah, (berita intelejen untuk pasar modal) itulah yang saya lihat di Indonesia ini belum ada. Jadi berita yang spesial memberitakan itu sebelum terjadi. Sehingga kepercayaan kita seperti di Amerika dan Eropa mengenai 'buy on rumours, sell on news' itu tetap ada," ujar Vier.
"Jadi di pasar modal itu berita adalah salah satu trigger, sebagai propaganda psikologis yang dipakai. Makanya umurnya sudah cukup lama, seumur hampir 100 tahun adanya pasar modal di dunia, dimana berita sudah digunakan sejak awal untuk menggerakkan emosi dan logika pasar," ujarnya.