Ekonom: Media Berpengaruh Besar ke Perilaku Investasi hingga Konsumsi Masyarakat
- VIVA/Mohammad Yudha Prasetya
VIVA Bisnis – Pengaruh media dan pemberitaan sangat signifikan di era digital saat ini. Hal itu diakui oleh kalangan ekonom. Bahkan, peran media dengan segmentasinya disebut bisa berdampak hingga ke perilaku konsumsi hingga investasi masyarakat.
Ekonom Senior Indef, Aviliani mengatakan, pola penyajian berita di tiap segmen media pun harus berbeda. Seperti untuk segmentasi kelas atas, maka cara penyajian beritanya pun harus disesuaikan karena akan berdampak pada kondisi ekonomi.
"Karena kelas atas itu, kalau persepsinya buruk terhadap suatu berita, maka hal itu akan mempengaruhinya dalam melakukan tindak konsumsi maupun investasi. Sehingga yang harus dijaga utamanya adalah kelas atas ini," kata Aviliani dalam webinar 'Trusted News Indicator: New Media & Economy' yang digelar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Rabu, 3 Mei 2023.
Karenanya, Aviliani menekankan bahwa penting bagi media-media yang bermain di segmentasi kelas atas itu, untuk bisa membuat pemberitaan atau memberikan informasi-informasi yang tidak menimbulkan kekhawatiran bagi para pembaca di segmen tersebut.
"Agar media yang bermain di kelas atas bisa memberikan informasi-informasi yang membuat mereka itu tidak khawatir untuk melakukan tindak konsumsi maupun investasi. Karena total kontribusi mereka itu mencapai 45 persen dari total konsumsi. Sehingga media-media yang bermain di kelas atas harus memberikan informasi yang terus-menerus," ujarnya.
Jadi, ketika ada informasi negatif, maka hal itu bisa disandingkan dengan pemberitaan yang berasal dari narasumber-narasumber kompeten supaya bisa berkesinambungan. Karena, Aviliani menilai bahwa salah satu hal berbahaya di Indonesia ini adalah begitu ada suatu persepsi buruk, maka hal itu sudah bisa langsung mempengaruhi perilaku masyarakat walaupun yang sebenarnya terjadi belum tentu buruk.
Sementara untuk media kelas menengah yang jenisnya juga sangat bervarian, pembaca mereka memiliki kontribusi mencapai 35 persen dari total konsumsi. Di mana jumlahnya mencapai sekitar 40 persen dari masyarakat Indonesia. Sehingga, media benar-benar harus mampu memilih segmen yang mana, dan harus bisa membedakan antarsegmen dalam memberikan berita walaupun berita itu sifatnya sama.
Karena kalau sebuah media tidak membedakan penyajian berita antarsegmen pembacanya, lanjut Aviliani, maka berita itu tidak akan bisa menjadi konsumsi publik yang berarti. Artinya, orang cuma akan membacanya, tanpa tahu atau paham maknanya.
"Dari sisi ekonomi, ada yang namanya Indeks Kepercayaan Konsumen yang dibuat oleh Bank Indonesia, yang memperlihatkan bahwa jika indeks kepercayaan masyarakat berada di bawah angka 100, itu artinya orang-orang tidak yakin bahwa dalam waktu 6 bulan ke depan perekonomian akan bagus. Sehingga mungkin saja mereka akan meningkatkan tabungan dan mengurangi konsumsinya," ujarnya.