Freeport Dapat Izin Ekspor Tembaga hingga Mei 2024, Ini Alasannya
- Biro Pers Sekretariat Presiden
VIVA Bisnis – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengizinkan PT Freeport Indonesia untuk melakukan ekspor konsentrat tembaga setelah Juni 2023.
Sesuai dengan amanat UU No. 3/2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (Minerba), pemerintah mulai menghentikan ekspor komoditas mineral mentah, termasuk konsentrat tembaga, setelah 10 Juni 2023. Namun, Freeport diizinkan untuk melakukan ekspor sampai smelter yang dibangun mulai operasi pasar pada 2024 mendatang.
"Boleh (ekspor konsentrat tembaga), sampai progresnya komitmen dia untuk menyelesaikan (smelter) dan tidak boleh lebih dari pertengahan tahun depan," kata Menteri ESDM, Arifin Tasrif di Komplek Istana Kepresidenan,Â
Sebelumnya CEO Freeport-Mcmoran Inc. sekaligus Presiden Komisaris PT Freeport Indonesia, Richard C. Adkerson mengatakan, pihaknya sedang bernegosiasi untuk memperoleh persetujuan kelanjutan ekspor konsentrat tembaga setelah 10 Juni 2023.
Hal itu berarti sampai pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) tembaga baru di Manyar, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur, beroperasi penuh pada 2024 mendatang.
Dia mengaku, pemerintah mempertimbangkan apa yang sudah terbangun dari komitment proyeknya, beserta kendala pembangunannya terutama saat COVID-19.
"Karena kontraktornya Jepang. Jepang saja berapa tahun 'lockdown'. Memang pengerjaan engineering-nya' agak sulit berprogres, kalau engineering tidak ada progres, pembelian materi procurementnya'juga tidak ada progres," ujar Arifin.
Sampai Maret 2023, lanjut Arifin, proses pembangunan smelter telah mencapai sekitar 60 persen, dan ditargetkan beroperasi pada Mei 2024 mendatang. Pemerintah diakui Arifin juga telah mempertimbangkan kendala pembangunan smelter di Manyar, yang sebelumnya juga terkendala pandemi.
"Jadi bahan konsiderasi kita karena kalau distop sama sekali maka Mind ID (punya saham) 51 persen, Indonesia sudah 51 persen sahamnya jadi dampaknya akan lebih banyak, kita cari jalan keluarnya" ujarnya. (Ant)