Cara Tiga Desa Wisata Penyangga Pulau Komodo Genjot Layanan Pariwisata Kawasan Labuan Bajo

Pelabuhan Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

VIVA Bisnis – Pelaku pariwisata di tiga desa wisata yang menjadi penyangga Taman Nasional Komodo, Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat berkolaborasi guna meningkatkan pelayanan pariwisata di kawasan itu. Ketiga desa tersebut adalah, Desa Pasir Panjang, Desa Papagarang dan Desa Golomori.

Sandiaga Uno Bakal Turun Kampanyekan Ridwan Kamil-Suswono di Pilkada Jakarta

Dalam upaya peningkatan pelayanan tersebut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) pun, menggelar Biannual Tourism Forum (BTF) di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, pekan ini.

“Kami tidak ingin hanya menjadi penonton dari wisatawan yang berkunjung ke Taman Nasional Komodo,” ujar Mustafa Moeis, Penggerak Desa Wisata Pasir Panjang, dalam acara tersebut, dikutip dari keterangannya, Minggu, 5 Maret 2023.

Dapat Dana Rp200 Ribu Per Bulan, Simak Cara Mengajukan Bansos untuk Anak Yatim Piatu

Mustafa mengakui, pihaknya saat ini tengah giat mengembangkan berbagai atraksi wisata yang dapat mengundang wisatawan berkunjung ke desanya. Upaya itu salah satunya dilakukan Melalui Kelompok Sadar Wisata Meet Native Rinca. 

“Saat ini kami tengah kembangkan sejumlah produk dan layanan wisata di lokasi Gua Kalong, Batu Balok, Pulau Gadoh dan Pulau Pempe. Sejak tahun 2019 lalu, pertunjukan pentas seni budaya tarian Animal Pop Komodo dan Manca Bajo, kami juga kembangkan hingga saat ini,“ terang Mustafa.

Bappenas Tegaskan Pentingnya Tata Kelola Pedesaan Harus Bisa Adaptif

Pelabuhan Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT

Photo :
  • ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

Lebih jauh, ia mengatakan, sejak dibuka kembali untuk wisatawan pada Mei tahun lalu, Desa Pasir Panjang sudah beberapa kali melakukan pementasan. “Terdapat sekitar 1855 kunjungan wisatawan ke desa. Hal ini berdampak pada peningkatan ekonomi warga yang terlibat dalam atraksi wisata desa ini,” tutur Mustafa.

Sementara itu Risman, penggerak wisata Desa Papagarang, menuturkan asal muasal desanya yang merupakan pemekaran Desa Komodo. 

“Saat ini kami mencoba memulai rencana pengembangan desa wisata. Kami ingin wisatawan yang berkunjung ke sini, dapat menikmati ekowisata mangrove, menikmati sunset dan sunrise dari Bukit Santai, juga menginap di homestay dan menyicipi kuliner khas Manggarai Barat di Desa Papagarang,” ucap Risman.

Kemudian Alfa Hidayat, Penggerak Desa Wisata Golomori, semangat dan optimismenya dalam menggerakkan warga desa untuk mengembangkan potensi pariwisata, terlihat saat menjelaskan potensi wisata di depan para stakeholder pariwisata Biannual Tourism Forum ini.

“Kami tengah menggerakkan warga untuk memulai usaha di Pantai Laing Lewe dengan sajian kopi, makanan dan minuman ringan sambil menikmati perairan laut yang tenang dan pemandangan unik bukit Golomori. Selain itu kami juga punya satu tradisi berupa pasar barter yang hanya ada di akhir pekan,” ungkapnya.

“Inisiatif pengembangan paket wisata untuk menarik lebih banyak kunjungan ke desa wisata kami muncul sejak kami mendapatkan pelatihan tentang bagaimana mengembangkan paket wisata yang menarik dari Program Kampanye Sadar WIsata,” tambahnya.

Pelabuhan Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT

Photo :
  • ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

Biannual Tourism Forum menjadi peluang kolaborasi Desa Wisata dengan stakeholder kolaborasi menjadi salah kata kunci yang selalu ditekankan Menparekraf/Kabaparekraf, Sandiaga Salahuddin Uno, dalam mendorong kembali bangkitnya pariwisata pascapandemi. Terutama, yang terkait peningkatan kapasitas pelaku pariwisata.

Sandiaga sebelumnya menjelaskan Kemenparekraf mengedepankan kolaborasi sebagai salah satu konsep utama mengembangkan potensi desa wisata.

“Dengan mengedepankan konsep inovasi, adaptasi, dan kolaborasi diharapkan akan mendukung dan menggali potensi desa wisata yang dapat dikembangkan dan diberdayakan, serta mendorong lebih banyak terbukanya lapangan kerja melalui sektor pariwisata,” tegasnya.

Melalui acara Biannual Tourism Forum yang digelar di 6 Destinasi Prioritas Pariwisata (DPP) meliputi Danau Toba, Borobudur Yogyakarta Prambanan, Bromo Tengger Semeru, Lombok, Labuan Bajo dan Wakatobi, Kemenparekraf memfasilitasi desa-desa wisata untuk berada dalam satu kolaborasi berbagai pihak termasuk memperoleh peluang akses pembiayaan dalam pengembangan potensi dan keunikan desa wisata.

Sekretaris Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf/Bapekraf, Adella Raung, saat membuka Biannual Tourism Forum mengatakan, berkolaborasi untuk membangkitkan pariwisata yang merupakan karya dari para pelaku pariwisata harus dilakukan.

“Dengan semangat Geber (Gerak Bersama), Gercep (Gerak Cepat) dan Gaspol (Gali semua potensi lapangan kerja),” tegasnya

Kepala Desa dan Kepala Dinas Paeriwisata di Kabupaten Manggarai Barat, Direktur Pengembangan SDM Pariwisata, Kemenparekraf, Florida Pardosi mengatakan, forum ini bertujuan mempertemukan desa wisata dengan berbagai institusi, kelembagaan dan perusahaan serta kolaborasi apa yang bisa dikembangkan. 

"PR (Pekerjaan Rumah) kita masih banyak, sektor pariwisata butuh sektor lainnya, begitu pula desa wisata tidak bisa berdiri,” tutupnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya