Menko Airlangga Dorong Kontribusi Neraca Dagang terhadap Devisa Negara, Ini Strateginya

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.
Sumber :
  • Anisa Aulia/VIVA.

VIVA Bisnis – Kinerja sektor eksternal telah berkontribusi dalam mewujudkan ketahanan ekonomi Indonesia. Buktinya, persentase transaksi berjalan terhadap PDB berada pada nilai positif, cadangan devisa Januari 2023 meningkat mencapai US$139,4 miliar, dan persentase utang luar negeri Indonesia menurun secara bertahap.

Neraca Pembayaran Indonesia Alami Surplus Menjadi Sinyal Stabilitas Ketahanan Eksternal yang Terjaga

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2023 mengalami surplus US$3,87 miliar, utamanya berasal dari sektor non-migas sebesar US$5,29 miliar.

"Ini melanjutkan tren surplus sejak Mei 2020. Sebelumnya, sepanjang tahun 2022, nilai surplus perdagangan Indonesia mencapai US$54,46 miliar," kata Airlangga dalam keterangannya, Rabu, 1 Maret 2023.

Neraca Perdagangan RI Surplus 54 Bulan Beruntun, Capai US$2,48 Miliar di Oktober 2024

Cadangan Devisa Indonesia

Photo :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Untuk memastikan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi, Airlangga memastikan bahwa pemerintah akan terus memperhatikan berbagai kebijakan di jangka menengah dan panjang. Pemerintah telah memutuskan untuk merevisi Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2019 tentang Devisa Hasil Ekspor dari Kegiatan Pengusahaan, Pengelolaan, dan/atau Pengolahan Sumber Daya Alam.

Pemerintah Tarik Utang, Cadangan Devisa RI Oktober 2024 Naik Jadi US$151,2 Miliar

Hal ini dilakukan karena meskipun neraca perdagangan Indonesia sepanjang tahun 2022 terus mengalami surplus, namun cadangan devisa belum mengalami kenaikan yang signifikan.

"Pemerintah terus mendorong revisi regulasi terkait devisa, terkait dengan PP nomor 1 Tahun 2019. Kita lihat neraca perdagangan positif tidak tertransmisikan terhadap cadangan devisa. Nah, revisi yang akan diatur dalam PP 1 adalah terkait dengan produk hilirisasi dari SDA," ujar Airlangga.

Dia menegaskan, saat ini pemerintah tengah melakukan optimalisasi ekspor ke pasar India dan ASEAN. Hal ini merupakan strategi kompensasi penurunan ekspor, akibat pelambatan ekonomi global tahun 2023.

Apabila melakukan optimalisasi ekspor dari 10 persen 'untapped market' dihitung dengan basis komoditas berdaya saing tinggi berdasarkan RCA ke India dan ASEAN, mama potensi gain yang bisa didapat sebesar US$73,52 miliar.

"Pemerintah juga terus mendorong berbagai perjanjian perdagangan internasional, di mana saat ini terdapat 18 perjanjian perdagangan internasional yang dalam proses perundingan (on-going), 34 perjanjian yang telah diimplementasikan (concluded/implemented), dan 17 perjanjian yang tengah diajukan (being proposed/explored)," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya