Sektor Manufaktur RI Ekspansif 17 Bulan Beruntun, Kemenkeu Sebut Daya Tahan Ekonomi Kuat

Ilustrasi industri manufaktur.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

VIVA Bisnis – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan, sektor manufaktur Indonesia pada Januari 2023 tercatat ekspansif selama 17 bulan berturut-turut. Purchasing Manager Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Januari naik ke 51,3 dari sebelumnya Desember di posisi 50,9.

80 Tahun di Industri Manufaktur, BNBR Siap Rambah 3 Bisnis Baru Ini

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu, Febrio Kacaribu menilai, hal itu menunjukkan daya tahan perekonomian Indonesia yang kuat.

“Sektor manufaktur yang tetap berada di zona ekspansi menunjukkan daya tahan perekonomian Indonesia di tengah gejolak global dan perlambatan manufaktur yang terjadi di berbagai negara,” ujar dalam keterangannya, dikutip Jumat, 3 Februari 2023.

Kadin Tegaskan Kebijakan Pengupahan Harus Berorientasi pada Pertumbuhan Ekonomi

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu.

Photo :
  • Tangkapan layar M Yudha P.

Febrio mengatakan, tren ekspansif itu juga ditunjukkan oleh negara di kawasan Asia Tenggara. Seperti Filipina 53,5 dari Desember 2022 yang sebesar 53,1 dan Thailand 54,5 dibandingkan Desember 52,5.

Bahas Aturan Kemasan Rokok Tanpa Merek, Kemenkes Janji Rangkul Seluruh Stakeholder

Sementara itu, Taiwan 44,3 dibandingkan Des 2022 44,6, Malaysia 46,5 dari Desember 47,8, Vietnam 47,4 dari 46,4, Korea Selatan 48,5 dari 48,2, dan Amerika Serikat 46,8 dari 46,2.

Output dan permintaan baru di Indonesia mengalami pertumbuhan tercepat dalam tiga bulan terakhir karena permintaan dalam negeri yang tetap kuat,” ujarnya.

Walaupun permintaan dari sisi ekspor masih agak tertahan ujarnya, peningkatan permintaan domestik mampu mendorong perusahaan untuk meningkatkan aktivitas pembelian barang input.

“Secara keseluruhan, optimisme pelaku usaha di awal tahun 2023 ini meningkat dibandingkan akhir tahun lalu. Ini tercermin dari peningkatan stok barang input. Selain itu, harga barang input mengalami penurunan walaupun disrupsi pasokan masih terjadi,” jelasnya

Meski demikian, para produsen tetap mengantisipasi kondisi ketidakpastian ekonomi dunia dan cuaca ekstrem yang dianggap berpotensi menghambat laju distribusi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya