Sri Mulyani Perkirakan Penguatan Ekonomi RI Terjadi di Semester II-2023

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Sumber :
  • M Yudha P / VIVA.co.id

VIVA Bisnis – Penguatan ekonomi nasional, penurunan inflasi dan mulai stabilnya harga-harga kebutuhan pokok diprediksi akan terjadi setidaknya pada semester II-2023. Hal itu diungkapkan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati.

PPN 12% Membebani? Ini Alasan Mengapa Frugal Living Bisa Guncang Ekonomi RI

Ia menyebut hal itu sebagai dampak dari tekanan yang berasal dari respons kebijakan pemerintah, berupa pengetatan moneter dan kebijakan kenaikan suku bunga oleh otoritas moneter yang diperkirakan akan melambat.

"Sehingga hal ini memberikan harapan baru, di mana setidaknya pada paruh kedua tahun 2023 nanti kita akan melihat penurunan inflasi dan penguatan pemulihan (ekonomi)," kata Sri Mulyani di acara Mandiri Investment Forum 2023, di kawasan Senayan, Jakarta, Rabu, 1 Februari 2023.

Bursa Asia Meriah, Kebahagiaan Investor atas Data Inflasi Jepang Jadi Pendorong

Ilustrasi barang pangan pendorong inflasi.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

Menkeu menjelaskan, sejumlah negara bahkan telah merilis capaian pertumbuhan  ekonomi mereka di tahun 2022 yang menunjukkan realisasi yang lebih baik dari perkiraan sebelumnya. Bahkan, ada negara yang pertumbuhannya diprediksi terkontraksi, namun justru mampu tumbuh positif di tahun 2022 tersebut. 

Gibran Minta Menpar Gelar Event hingga Convention di Lokasi Pasca-Bencana Guna Pulihkan Ekonomi Setempat

Meski demikian, Sri Mulyani tak memungkiri bahwa sinyal pelemahan ekonomi global memang terjadi, meskipun tidak sedalam dan separah prediksi sebelumnya. Bahkan, dia memprediksi bahwa dampak pelemahan ekonomi global itu masih bisa dirasakan di kuartal I-2023 hingga semester I-2023 mendatang.

"Tapi setidaknya itu masih sedikit lebih baik, dan menciptakan optimisme bahwa pertumbuhan ekonomi akan pulih dan inflasi akan mereda," ujar Menkeu.

Dia mengatakan, hal itu akan membuat beban pekerjaan bagi para pembuat kebijakan akan menjadi lebih mudah. Dibandingkan dengan situasi yang membuat para policy maker itu harus memutuskan untuk memprioritaskan stabilisasi harga, nilai tukar, atau mempertahankan pertumbuhan ekonomi.

Sri Mulyani menegaskan, pilihan-pilihan itu tentunya merupakan tugas yang berat bagi para pembuat kebijakan di berbagai negara. Karena tentunya, mereka akan sama-sama mementingkan penurunan inflasi beserta pertumbuhan ekonomi di negaranya masing-masing.

"Jadi mudah-mudahan situasi ini akan dipertahankan, walaupun sejumlah proyeksi dari lembaga-lembaga internasional menyatakan bahwa tahun 2022 akan jauh lebih lemah dari tahun 2021 dan akan berlanjut di tahun 2023," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya