Jadi mualaf, Begini Cara Jusuf Hamka Memaknai dan Merayakan Imlek 2023
- Youtube VDVC
VIVA Bisnis – Pengusaha, Jusuf Hamka dikenal sebagai salah satu konglongmerat. Ia memutuskan menjadi seorang mualaf di saat usianya mau menginjak 24 tahun. Jusuf Hamka mengikrarkan dua kalimat syahadat saat dipimpin langsung oleh tokoh kenamaan, Buya Hamka pada 1981 di Masjid Al-Azhar, Kebayoran Jakarta Selatan.
Menjelang Imlek 2023 ini, Jusuf Hamka yang masih aktif sebagai pengurus Vihara Dharma Bhakti di Petak Sembilan itu memberikan penjelasan mengenai makna Imlek. Menurutnya, Imlek merupakan satu warisan kekayaan Indonesia.
"Ini kan satu kekayaan negeri kita, selain ada orang India juga merayakan, orang Tionghoa juga merayakan Imleknya, terus ada dari orang-orang lain juga merayakan satu tradisi. Imlek ini di seluruh dunia kan juga merayakan, ini bisa memperkaya budaya kita," Ujar Jusuf Hamka kepada awak media di Vihara Dharma Bhakti, Petak Sembilan, Minggu, 22 Januari 2023.
Dengan adanya perayaan imlek, dia berharap masyarakat dapat merasakan manfaat baik dari perayaan yang dilestarikan secara turun temurun oleh masyarakat Tionghoa di seluruh dunia ini.
"Jangan melihat sesuatu itu Imlek hanya milik orang Tionghoa, tapi harus melihat multiplier efeknya, bahwa banyak saudara-saudara kita yang muslim, yang nasrani ikut berperan serta dalam kegiatan Imlek ini," kata Jusuf Hamka.
Lebih lanjut, pria 65 tahun tersebut beranggapan bahwa perayaan tahun baru Imlek dapat mendongkrak perekonomian. Sebab, kata dia, semua lapisan masyarakat dapat merasakannya. Lantas, Jusuf Hamka pun memberi contoh.
“Coba lihat yang dagang lampion, tidak semuanya orang Tionghoa, kemudian pernak-pernik Imlek yang dagang banyak orang-orang muslim," papar Jusuf Hamka.
Meski telah 42 tahun memeluk agama Islam, Yusuf Hamka tetap aktif sebagai Pembina Klenteng. Ia beranggapan bahwa perannya kali ini hanya sekadar membantu sekaligus bentuk ungkapan syukur, sebab perayaan Imlek dapat meningkatkan perekonomian bukan hanya di kalangan warga Tionghoa saja.
“Jadi kalau ada pejabat-pejabat yang masih alergi, bahwa Imlek itu adalah miliknya Tionghoa, kita harus berpikir jernih karena sudah gak zamannya lagi, karena ini memperkaya dan menghidupkan roda ekonomi kita," sambungnya.
"Kita lihat partisipasi teman-teman di kala Imlek, mereka bakar lilin, hidang-hidangan, buah-buahan, ini yang ternak siapa, ini yang ternak saudara-saudara kita, yang menanam saudara-saudara kita, yang bikin lilin siapa saudara-saudara kita, oleh sebab itu, kita gak boleh alergi ginian, karena bukan muslim terus kita alergi gak boleh, harus mendorong ini karena banyak teman-teman muslim yang ikut mendapatkan mata pencaharian atau pekerjaan," pungkas Jusuf Hamka.