Rupiah Kini di Angka Rp 15.657 per Dolar AS, Ekonom Ingatkan Hati-hati soal Utang
- ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
VIVA Bisnis – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot menguat pada perdagangan Rabu pagi, 28 Desember 2022. Terpantau pukul 09.14 WIB, rupiah menguat sebesar 6 poin atau 0,12 persen ke posisi Rp 15.657 per dolar AS dibandingkan pada penutupan sebelumnya senilai Rp 15.663 per dolar AS.
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) terakhir atau kemarin sore, mematok rupiah di angka Rp 15.659 per dolar AS.
Analis PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan ditutup melemah hari ini. Ibrahim mengatakan, para ekonom telah memperingatkan Pemerintah soal beban utang yang kian menggunung.
"Rasio utang saat ini memang masih jauh dari ambang batas, yakni 60 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Namun, kenaikan jumlah utang tetap merupakan sesuatu yang harus dicermati dan diawasi," kata Ibrahim dalam risetnya, Rabu, 28 Desember 2022.
Utang Pemerintah Capai Rp 7.554,2 Triliun atau 38,56 Persen PDB
Ibrahim menuturkan, pada akhir November 2022, posisi utang pemerintah tercatat senilai Rp 7.554,2 triliun atau rasio utang 38,65 persen terhadap PDB. Nominal utang pemerintah itu hingga akhir November naik Rp 57,5 triliun dari posisi Oktober 2022 atau dalam kurun waktu satu bulan.
"Memang kondisi utang masih aman tetapi memiliki risiko yang terus bertambah dari sebelumnya. Tadinya rasio utang cuma 37 persen, sekarang terus bertambah dan mendekati 40 persen, berarti rasio utang makin bertambah risikonya," ujarnya.
Dengan demikian, kata Ibrahim, Pemerintah perlu mewaspadai apabila laju kenaikan utang melebihi pertumbuhan ekonomi. Terlebih, terdapat prospek perlambatan ekonomi pada tahun depan, baik secara global maupun di dalam negeri.
"Sehingga pemerintah harus berhati-hati jangan sampai penambahan utang kian ngebut walaupun dengan alasan pembangunan infrastruktur," jelasnya.
Ibrahim melanjutkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, dikarenakan komposisi SBN lebih dominan surat utang berdenominasi rupiah. Tetapi beban dari 15 persen SBN valas akan meningkat ketika rupiah terdepresiasi.
"Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp 15.650-Rp 15.720," ujarnya.